BMKG Imbau Warga Kulon Progo Tenang, Potensi Tsunami Bukan Prediksi
BMKG menegaskan potensi tsunami di Kulon Progo, Yogyakarta, bukanlah prediksi, sehingga masyarakat diimbau untuk fokus pada mitigasi bencana, bukan kepanikan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan imbauan kepada masyarakat Kulon Progo, Yogyakarta, untuk tetap tenang menanggapi potensi tsunami di wilayah tersebut. Imbauan ini disampaikan menyusul adanya potensi tsunami di sekitar jalur lintas selatan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA). Kepala Stasiun Geofisika Sleman, Ardhianto Septiadhi, menekankan bahwa potensi tsunami ini bukanlah prediksi yang menunjukkan waktu pasti kejadiannya.
Ardhianto menjelaskan, DIY terletak di zona subduksi sepanjang 150-200 km, pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Zona megathrust ini berpotensi menyebabkan gempa bumi besar yang dapat memicu tsunami. Wilayah selatan Kulon Progo, yang dekat dengan Samudra Hindia, masuk dalam zona merah tsunami karena lokasinya yang rentan terhadap aktivitas subduksi tersebut. Berdasarkan skenario terburuk dari Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), gempa bumi dengan magnitudo 8,7 berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah selatan, termasuk Kulon Progo.
Sejarah mencatat, tsunami pernah menerjang wilayah ini pada tahun 1840 dan mengakibatkan korban jiwa. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami dan menerapkan langkah-langkah mitigasi bencana. Meskipun gempa bumi sulit diprediksi, kesiapsiagaan dan pemahaman akan mitigasi risiko menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi bencana tersebut. "Kita tidak perlu panik. Kita tidak perlu takut. Tapi kita paham mitigasi terhadap tsunami," ujar Ardhianto.
Mitigasi Bencana, Bukan Kepanikan
BMKG menekankan pentingnya memahami perbedaan antara potensi dan prediksi bencana. Prediksi memiliki skala waktu yang jelas, seperti prakiraan cuaca, sedangkan potensi hanya menunjukkan kemungkinan terjadinya bencana tanpa kepastian waktu. "Tsunami di Kulon Progo adalah potensi, bukan prediksi. Tidak bisa dipastikan kapan terjadi, tapi kita tahu ada kemungkinan. Itulah kenapa mitigasi sangat penting," tegas Ardhianto.
Sebagai langkah antisipasi, terutama selama periode mudik Lebaran 2025, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya telah menyarankan penerapan skema buka tutup lalu lintas di jalan lintas bawah jalur selatan Kulon Progo. Tujuannya untuk mengurangi kepadatan kendaraan dan mempermudah proses evakuasi jika terjadi tsunami. Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG dan mematuhi arahan dari pihak berwenang.
BMKG memastikan layanan informasi tetap beroperasi 24 jam, termasuk selama cuti Lebaran, untuk memberikan pembaruan terkait cuaca, gempa bumi, dan tsunami. "Informasi kami tidak berhenti dan kami membangun 'early warning', 'early response' bersama pemda, stakeholder dan langkah-langkah mitigasi yang tepat apabila terjadi suatu kejadian ekstrem," jelas Ardhianto. Waktu reaksi setelah gempa terjadi sangat terbatas, sekitar 10 menit, sehingga kesiapsiagaan masyarakat sangat krusial.
Pentingnya Kesiapsiagaan dan Mitigasi
Meskipun potensi tsunami di Kulon Progo perlu diwaspadai, BMKG ingin memastikan masyarakat tidak terjebak dalam kepanikan yang tidak perlu. Fokus utama adalah pada kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Masyarakat perlu memahami jalur evakuasi, tanda-tanda peringatan dini, dan langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi atau tsunami. Informasi dan edukasi publik tentang mitigasi bencana menjadi sangat penting dalam mengurangi risiko dan dampak yang mungkin terjadi.
Dengan memahami potensi ancaman dan mempersiapkan diri dengan baik, masyarakat Kulon Progo dapat menghadapi potensi tsunami dengan lebih tenang dan terarah. Kerja sama antara BMKG, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat penting dalam membangun sistem peringatan dini yang efektif dan memastikan keselamatan bersama. Masyarakat juga didorong untuk aktif mencari informasi dari sumber terpercaya dan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.
Selain itu, penting untuk selalu mengingat bahwa "golden time" evakuasi sangat terbatas. Oleh karena itu, kesiapan individu dan komunitas sangat penting dalam menghadapi potensi bencana ini. Dengan kesiapsiagaan yang baik, dampak negatif dari potensi tsunami dapat diminimalisir.
BMKG terus berkomitmen untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Semoga dengan langkah-langkah mitigasi yang tepat, masyarakat dapat terhindar dari dampak buruk potensi tsunami di Kulon Progo.