BMKG Tetap Pertahankan Peringatan Tsunami: Osilasi Gelombang Laut Masih Terpantau, Warga Diminta Waspada
BMKG masih mempertahankan peringatan tsunami pasca-gempa Kamchatka. Osilasi gelombang laut terus terpantau, mengindikasikan potensi peningkatan tiba-tiba. Mengapa peringatan tsunami belum dicabut?

Jakarta, 31 Juli – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa peringatan dini tsunami masih berlaku. Keputusan ini diambil setelah pengamatan menunjukkan adanya osilasi atau variasi pengukuran permukaan air laut di beberapa stasiun pemantauan.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan dalam konferensi pers pada Rabu, bahwa peringatan tsunami belum dicabut. Hal ini dikarenakan osilasi gelombang dapat tiba-tiba menguat pada fase akhir, yang berpotensi menimbulkan dampak signifikan.
Lima provinsi telah ditetapkan dalam status siaga tsunami pasca-gempa berkekuatan 8,7 Magnitudo di Kamchatka, Rusia, pada Rabu pagi. Provinsi tersebut meliputi Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, sesuai dengan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan BMKG.
Alasan BMKG Pertahankan Peringatan Tsunami
Daryono menegaskan bahwa terkadang, osilasi non-linear pada fase akhir dapat menyebabkan fluktuasi dan amplifikasi tinggi gelombang secara tiba-tiba. Osilasi di fase akhir ini berpotensi menimbulkan peningkatan yang signifikan dan membahayakan.
Meskipun tren osilasi menunjukkan pelemahan, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan peningkatan gelombang laut yang mendadak. Kewaspadaan ini penting untuk memastikan keselamatan warga di wilayah pesisir.
Kondisi ini menjadi dasar kuat bagi BMKG untuk tidak mencabut peringatan tsunami. BMKG memprioritaskan keselamatan publik dengan mempertahankan status siaga hingga kondisi benar-benar aman.
Pantauan Osilasi di Stasiun Pengukur Pasang Surut Depapre
Stasiun pengukur pasang surut Depapre di Jayapura, Papua, masih mencatat adanya osilasi permukaan air laut. Berdasarkan data BMKG hingga pukul 16.00 WIT, grafik pengukur pasang surut Depapre menunjukkan fluktuasi yang relatif normal dengan variasi kecil sekitar 5 sentimeter.
Namun, setelah pukul 17.00 WIT, terjadi peningkatan amplitudo osilasi yang signifikan, mencapai sekitar 20 sentimeter dengan fluktuasi cepat. Pola osilasi ini mengindikasikan anomali yang konsisten dengan osilasi tsunami atau osilasi non-linear yang sedang berlangsung.
Data ini menjadi dasar utama BMKG untuk mempertahankan peringatan tsunami. Potensi peningkatan tiba-tiba masih sangat mungkin terjadi, sehingga kewaspadaan tetap harus dijaga.
Imbauan dan Koordinasi Lanjutan
Daryono mengimbau masyarakat di wilayah pesisir untuk tetap berada di lokasi yang aman dan menghindari area pantai. Masyarakat diminta untuk tidak kembali ke pantai sampai informasi resmi mengenai pencabutan peringatan tsunami dikeluarkan oleh pihak berwenang.
BMKG, bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), akan terus memantau data dari stasiun pasang surut. Pembaruan informasi akan diberikan secara berkala kepada publik untuk memastikan langkah respons terkoordinasi tetap berjalan efektif.
Koordinasi antara lembaga ini penting untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko dan memastikan keselamatan seluruh warga yang berpotensi terdampak.