Cegah Banjir: Strategi DRR dan Solusi Inovatif
Dosen Itera, Arif Rohman, menekankan pentingnya strategi pengurangan risiko bencana (DRR) berbasis data dan mitigasi untuk mengurangi dampak banjir, bukan sekadar respons reaktif.
Banjir di Indonesia, khususnya di perkotaan, menjadi masalah serius. Ir. Arif Rohman, S.T., M.T., Dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sumatera (Itera) sekaligus peneliti banjir, memberikan solusi: strategi pengurangan risiko bencana (DRR).
Menurut Arif Rohman, yang juga Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Itera, banyak kota masih mengandalkan solusi sementara seperti pompa air dan pembangunan tanggul. Padahal, pendekatan DRR menawarkan solusi lebih efektif dan berkelanjutan. Strategi ini meliputi peningkatan kapasitas drainase, penerapan konsep sponge city, serta optimalisasi lahan hijau sebagai daerah resapan air.
Mengapa solusi jangka pendek kurang efektif? Arif menjelaskan bahwa banjir merupakan bagian alami siklus hidrologi. Namun, urbanisasi pesat membuat air kehilangan tempat resapan, meningkatkan aliran permukaan, dan menyebabkan genangan. Alih-alih hanya menyalahkan cuaca, kita perlu memahami bahwa banjir pasti terjadi, tetapi dampaknya bisa diminimalisir melalui DRR.
Salah satu kesalahan umum adalah menganggap banjir sebagai masalah lokal. Arif menekankan bahwa genangan di suatu wilayah seringkali merupakan akibat perubahan tata guna lahan di tempat lain. Deforestasi di hulu, misalnya, meningkatkan limpasan air ke hilir, memperbesar risiko banjir. Oleh karena itu, analisis dampak perlu dilakukan secara komprehensif.
Bagaimana mengidentifikasi area berkontribusi besar pada banjir? Arif menyarankan penggunaan multi criteria decision making (MCDM) melalui analisis spasial. Model LEx-GM (Land Use Examination Global Model), yang dikembangkan oleh timnya, dapat memetakan perubahan tata guna lahan, memprediksi dampak hidrologi, dan mengidentifikasi area berisiko tinggi. Ini mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti (evidence-based decision making).
Model LEx-GM juga mendukung konsep Nature-Based Solutions (NBS), yang memanfaatkan ekosistem alami seperti ruang hijau perkotaan untuk mitigasi banjir secara berkelanjutan. Teknologi terkini, seperti drone untuk pemetaan topografi detail dan aplikasi smartphone untuk informasi real-time, juga dapat mendukung upaya ini.
Kesimpulannya, Arif Rohman mendorong pendekatan sistemik, berbasis data, dan berorientasi pada mitigasi risiko banjir. Bukan hanya respons reaktif, tetapi perencanaan tata guna lahan yang cerdas dan inovatif. Mitigasi banjir harus menjadi bagian integral dari kebijakan tata ruang berkelanjutan.