Deforestasi Indonesia 2024: Naik, Namun Tetap di Bawah Tren 10 Tahun Terakhir
Luas deforestasi Indonesia tahun 2024 meningkat menjadi 175,4 ribu hektare, namun masih lebih rendah dari rata-rata dekade terakhir, menurut Kemenhut.

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melaporkan angka deforestasi Indonesia pada tahun 2024 mencapai 175,4 ribu hektare. Laporan ini disampaikan dalam konferensi pers di Kantor Kemenhut, Jakarta, Senin lalu. Meskipun angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2023, Kemenhut menekankan bahwa tren deforestasi dalam satu dekade terakhir masih menunjukkan penurunan.
Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kemenhut, Agus Budi Santosa, menjelaskan bahwa luas tutupan hutan Indonesia pada tahun 2024 mencapai 95,5 juta hektare. Angka deforestasi netto 175,4 ribu hektare didapatkan setelah dikurangi luas reforestasi sebesar 40,8 ribu hektare dari deforestasi bruto 216,2 ribu hektare. Perlu dicatat bahwa angka deforestasi tahun 2024 lebih tinggi daripada angka tahun 2023 yang tercatat sebesar 121,1 ribu hektare.
Meskipun terjadi peningkatan, Agus menekankan bahwa "Ini memang naik dibandingkan dengan tahun 2023, tetapi secara tren 10 tahun terakhir, angkanya ini trennya masih turun. Jadi trennya ini masih turun dibandingkan dengan untuk laju 10 tahun." Pernyataan ini membandingkan data terbaru dengan data deforestasi periode 2014-2024 yang menunjukkan tren penurunan secara signifikan. Data sebelumnya menunjukkan deforestasi sebesar 104 ribu hektare pada periode 2021-2022 dan 113,5 ribu hektare pada periode 2020-2021.
Faktor Penyebab Deforestasi
Agus Budi Santosa menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan deforestasi pada tahun 2024, di antaranya kebakaran hutan dan lahan serta pembalakan liar (illegal logging). Kalimantan Timur tercatat sebagai wilayah dengan deforestasi terbesar, sementara Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat mencatatkan reforestasi terbesar. Meskipun demikian, detail angka luasan untuk masing-masing wilayah belum diungkapkan.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan, "Yang kita tidak tahu kalau kita lihat dari atas adalah penyebabnya. Tapi setelah kita kirim ground check namanya, ngecek data yang di penafsiran dengan di lapangan, kita jadi tahu, ternyata penyebab deforestasi sebagian besarnya adalah karena kebakaran hutan, penyebab terbesarnya juga karena adanya perambahan kawasan hutan." Hal ini menunjukkan pentingnya verifikasi lapangan untuk memastikan penyebab deforestasi.
Data historis menunjukkan bahwa laju deforestasi Indonesia tertinggi terjadi pada periode 1996-2000, mencapai 3,5 juta hektare per tahun. Laju ini kemudian menurun menjadi 0,75 juta hektare per tahun pada periode 2002-2014, dan mencapai titik terendah pada tahun 2022 sebesar 104 ribu hektare. Data tahun 2024 menunjukkan adanya peningkatan, namun masih jauh di bawah angka-angka deforestasi pada dekade sebelumnya.
Upaya Penekanan Deforestasi
Menanggapi peningkatan deforestasi pada tahun 2024, Kemenhut menyatakan telah dan akan terus melakukan berbagai upaya strategis untuk menekan angka deforestasi. Upaya tersebut meliputi pengendalian kebakaran hutan dan lahan serta penerapan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Implementasi kebijakan ini diharapkan dapat menekan laju deforestasi di masa mendatang.
Kesimpulannya, meskipun angka deforestasi di tahun 2024 mengalami peningkatan, tren penurunan dalam dekade terakhir tetap terlihat. Upaya pemerintah dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan serta penerapan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 diharapkan dapat terus menekan laju deforestasi dan menjaga kelestarian hutan Indonesia.