Dewa United Kecam Aksi Rasisme Terhadap Alta Ballah
Klub Dewa United mengecam tindakan rasisme yang dialami pemainnya, Alta Ballah, usai pertandingan Liga 1 melawan Persib Bandung, dan telah berkoordinasi dengan APPI untuk mencegah kejadian serupa.
Aksi rasisme terhadap pemain Dewa United, Alta Ballah, usai pertandingan Liga 1 melawan Persib Bandung pada Jumat pekan lalu, mendapat kecaman keras dari klub. Peristiwa ini menjadi sorotan dan menimbulkan keprihatinan atas perilaku suporter yang tidak sportif.
Presiden Dewa United, Ardian Satya Negara, menyatakan penyesalannya atas insiden tersebut melalui pernyataan resmi klub. Ia menegaskan, "Kami sangat menyayangkan aksi rasisme yang dilakukan oknum suporter lawan terhadap pemain kami, Alta Ballah. Sepak bola seharusnya mempersatukan, bukan justru memicu perpecahan."
Manajemen Dewa United tidak tinggal diam. Mereka telah mengambil langkah proaktif dengan berkoordinasi bersama Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) untuk menangani kasus ini. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi pemain dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Ardian menambahkan, "Kami berharap ini menjadi kejadian terakhir. Sepak bola harusnya menjadi alat pemersatu bangsa, bukan arena tindakan rasis dan tidak sportif." Langkah koordinasi dengan APPI merupakan komitmen Dewa United dalam menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih inklusif dan menjunjung tinggi sportivitas.
Insiden rasisme ini terjadi seusai pertandingan yang dimenangkan Dewa United dengan skor 2-0 atas Persib Bandung. Kemenangan tersebut sekaligus mengakhiri rekor tak terkalahkan Persib Bandung selama 18 pertandingan. Namun, kemenangan tersebut ternoda oleh perilaku buruk oknum suporter.
Kasus ini menjadi pengingat penting akan perlunya edukasi dan penegakan aturan yang lebih tegas terkait perilaku suporter di lingkungan sepak bola Indonesia. Semoga kejadian ini menjadi momentum untuk menciptakan budaya sepak bola yang lebih baik dan bebas dari diskriminasi.
Dewa United berharap agar kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Komitmen untuk menciptakan lingkungan sepak bola yang bersih dan bebas dari rasisme harus menjadi tanggung jawab bersama, baik dari klub, suporter, maupun pihak berwenang.