E-commerce Asia Tenggara: Tembus US$410 Miliar pada 2030?
DBS memproyeksikan nilai penjualan e-commerce di Asia Tenggara akan mencapai US$410 miliar pada 2030, didorong oleh inovasi dan fokus pada profitabilitas.

Bank DBS baru-baru ini merilis proyeksi yang cukup mencengangkan terkait perkembangan pesat sektor e-commerce di Asia Tenggara. Dalam laporan perdana DBS Nextwave Southeast Asia 2025, yang disusun bersama perusahaan data dan riset Cube, diprediksi bahwa nilai penjualan e-commerce akan melesat dari US$184 miliar pada 2024 menjadi US$410 miliar pada 2030. Pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) diperkirakan mencapai 14 persen dalam enam tahun ke depan. Laporan ini menjawab pertanyaan apa (prediksi nilai penjualan e-commerce), kapan (2030), berapa (US$410 miliar), mengapa (inovasi dan fokus profitabilitas), dan bagaimana (melalui personalisasi berbasis AI, logistik yang lebih baik, dan keuangan yang lebih tangguh).
Kenaikan fantastis ini bukan tanpa alasan. Sejak tahun 2012 hingga 2024, penjualan e-commerce di Asia Tenggara telah meningkat 46 kali lipat, dari US$4 miliar menjadi US$184 miliar. Hal ini menunjukkan adopsi e-commerce yang masif oleh konsumen di kawasan ini. Head of Digital Economy Group, Institutional Banking Bank DBS, Chua Shih Guan, menjelaskan pergeseran strategi para pelaku e-commerce dari sekadar promosi dan diskon menuju pengalaman pelanggan yang lebih inovatif dan personal.
Pertumbuhan ini juga diiringi oleh pencapaian profitabilitas beberapa raksasa e-commerce di Asia Tenggara. Hal ini dimungkinkan berkat konsolidasi pangsa pasar, peningkatan biaya layanan, dan fokus pada penawaran inti bisnis. Investasi pada model bisnis vertikal, seperti pergudangan dan pengiriman jarak jauh (last-mile delivery), juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan.
Era Baru E-commerce: Fokus Profitabilitas dan Pengalaman Pelanggan
Laporan DBS Nextwave menekankan pergeseran paradigma dalam industri e-commerce Asia Tenggara. Para pemain besar kini beralih dari strategi ekspansi agresif menuju pendekatan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Fokus utama kini tertuju pada profitabilitas, peningkatan pengalaman pelanggan, dan model bisnis yang lebih berkelanjutan. Hal ini ditandai dengan optimalisasi biaya dan pembangunan basis pelanggan yang loyal.
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) juga semakin meluas untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih personal dan imersif. Teknologi AI memungkinkan personalisasi produk dan layanan yang lebih tepat sasaran, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mendorong peningkatan penjualan. Selain itu, perusahaan juga mulai berinvestasi lebih banyak pada logistik yang efisien untuk memastikan pengiriman yang cepat dan andal.
Perubahan signifikan juga diperkirakan terjadi pada struktur pendanaan perusahaan teknologi. Tren menunjukkan pergeseran dari dominasi ekuitas menuju kredit sebagai sumber pendanaan utama. Strategi ini bertujuan untuk menekan biaya modal dan mendukung pertumbuhan yang lebih sehat dan berkelanjutan di masa mendatang.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Meskipun proyeksi menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan, industri e-commerce di Asia Tenggara masih menghadapi sejumlah tantangan. Persaingan yang ketat, perkembangan teknologi yang cepat, dan perubahan perilaku konsumen mengharuskan para pelaku usaha untuk terus berinovasi dan beradaptasi. Membangun basis pelanggan yang setia dan mendalam menjadi kunci keberhasilan di masa depan.
Simon Torring, Co-Founder Cube, menambahkan bahwa sektor e-commerce telah menjadi penggerak utama transformasi digital di Asia Tenggara. Ia tidak hanya mengubah cara orang berbelanja, tetapi juga mendorong pertumbuhan di sektor logistik, pembayaran, fintech, dan infrastruktur digital. Ke depannya, platform e-commerce akan semakin cerdas, terfokus, dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulannya, proyeksi DBS menunjukkan potensi luar biasa sektor e-commerce di Asia Tenggara. Namun, kesuksesan berkelanjutan membutuhkan strategi yang tepat, fokus pada profitabilitas, inovasi yang berkelanjutan, dan pengalaman pelanggan yang tak tertandingi. Pergeseran menuju model bisnis yang lebih berkelanjutan dan pemanfaatan teknologi AI akan menjadi kunci untuk merealisasikan proyeksi pertumbuhan yang ambisius ini.