Edukasi Lalu Lintas Sejak Dini: Kunci Disiplin di Jalan
Pengamat tata kota menyoroti pentingnya edukasi lalu lintas sejak dini di sekolah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang disiplin dan mematuhi peraturan lalu lintas, mencontohkan Jepang sebagai negara yang berhasil menerapkan hal tersebut.

Jakarta, 23 Januari 2024 - Nirwono Joga, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, menekankan pentingnya edukasi lalu lintas sejak dini untuk membangun kesadaran dan kepatuhan berlalu lintas di Indonesia. Menurutnya, edukasi ini merupakan fondasi terciptanya sistem transportasi yang aman dan nyaman.
Dalam diskusi bersama Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Nirwono menjelaskan bahwa pembentukan kebiasaan disiplin berlalu lintas, baik menggunakan transportasi publik maupun pribadi, harus dimulai sejak anak usia dini. Peran sekolah dan guru sangat vital dalam proses ini. Kurikulum sekolah dasar, misalnya, perlu memasukkan materi tentang peraturan berlalu lintas.
Ia mencontohkan Jepang yang telah berhasil menanamkan kedisiplinan berlalu lintas sejak usia dini. “Anak-anak di Jepang, bahkan sejak taman kanak-kanak, sudah diajarkan aturan berjalan kaki di trotoar, cara menyeberang jalan, dan tata tertib penggunaan transportasi umum. Hasilnya terlihat hingga sekarang, yaitu disiplin masyarakat Jepang dalam berlalu lintas,” jelas Nirwono. Sistem ini, menurutnya, bukanlah hasil instan, tetapi buah dari proses edukasi jangka panjang.
Nirwono memperkirakan dibutuhkan waktu sekitar 20 tahun untuk melihat hasil nyata dari program edukasi ini. Namun, ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi untuk mempercepat proses tersebut, mengatakan bahwa ‘viralitas’ dapat menjadi kunci keberhasilan.
Selain edukasi, Nirwono juga menyoroti pentingnya perencanaan pemerintah. Ia berharap pemerintah membuat grand design pengembangan transportasi Indonesia dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Hal ini penting untuk mendukung keberhasilan program edukasi lalu lintas.
Senada dengan Nirwono, Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI, juga menekankan pentingnya peran guru dalam pelaksanaan edukasi lalu lintas. Menurutnya, MTI hanya menyediakan materi, sementara guru memiliki peran utama dalam menyampaikan materi tersebut secara efektif dan disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Kesimpulannya, mewujudkan masyarakat Indonesia yang patuh terhadap peraturan lalu lintas memerlukan komitmen jangka panjang melalui edukasi sejak dini. Peran sekolah, guru, dan pemerintah sangat penting dalam membangun budaya tertib berlalu lintas di Indonesia. Dengan pendekatan yang sistematis dan terintegrasi, diharapkan Indonesia dapat memiliki sistem transportasi yang aman, tertib, dan nyaman.