Ekowisata Isyo Hills: Konservasi Hutan Adat Papua
Alex Waisimon, mantan pekerja NGO di Korea Selatan, kembali ke kampung halamannya di Jayapura dan membangun ekowisata Isyo Hills, menggabungkan pelestarian hutan adat dengan pemberdayaan masyarakat lokal.

Di tengah keindahan alam Papua, tepatnya di Kampung Rephang Muaif, Kabupaten Jayapura, terdapat sebuah ekowisata unik bernama Isyo Hills Bird Watching. Inisiatif ini lahir dari tekad Alex Waisimon, seorang putra daerah yang pulang kampung setelah bekerja di Korea Selatan untuk melestarikan hutan adat sekaligus memberdayakan masyarakat.
Kisah inspiratif ini bermula dari kepulangan Alex pada tahun 2009. Setelah bertahun-tahun berkarier di luar negeri, ia merasakan panggilan untuk kembali ke tanah kelahirannya dan berkontribusi bagi masyarakat adat. Motivasi utamanya adalah menjaga kelestarian hutan adat sebagai sumber kehidupan, sekaligus menciptakan peluang ekonomi bagi warga setempat.
Berbekal tekad kuat, Alex merangkul keluarga dan masyarakat Suku Namblong untuk membangun Isyo Hills. Tantangan awalnya cukup besar, mulai dari membangun kepercayaan warga hingga mengelola area seluas 16 hektare hutan adat Suku Waisimon yang meliputi Kampung Yenggu Baru dan Yenggu Lama. Keberhasilan ini dimungkinkan karena seluruh warga memiliki hubungan kekerabatan yang erat.
Ekowisata Isyo Hills menawarkan berbagai kegiatan menarik, seperti mengunjungi rumah pohon di Kampung Yenggu Baru, mengamati burung Mambruk dan Kasuari di Kampung Yenggu Lama, serta yang paling terkenal, mengamati enam spesies burung Cenderawasih. Pengunjung bahkan dapat berkemah di dalam hutan untuk menikmati keindahan alam secara lebih mendalam. Namun, kegiatan ini membutuhkan waktu sekitar delapan jam perjalanan menyusuri hutan.
Alex juga memberdayakan anak-anak muda, termasuk beberapa anak putus sekolah, sebagai pemandu wisata. Hal ini menciptakan lapangan kerja baru dan melestarikan kearifan lokal. Selain itu, ekowisata ini menerapkan prinsip keberlanjutan dengan melarang perburuan hewan langka dan menyajikan kuliner khas Suku Namblong dari bahan pangan lokal.
Keberhasilan Isyo Hills tak lepas dari dukungan pemerintah. Pemerintah Kabupaten Jayapura memberikan bantuan berupa penginapan dan menara pandang untuk meningkatkan fasilitas wisata. Bantuan ini diharapkan mampu mendukung aktivitas pariwisata berbasis alam yang berkelanjutan.
Sejak tahun 2015 hingga 2025, Isyo Hills telah menarik ribuan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara (700 pengunjung mancanegara). Ekowisata ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan beriringan, menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi lokal. Kisah Alex Waisimon menginspirasi kita semua untuk turut menjaga kelestarian alam sebagai warisan berharga bagi generasi mendatang.