Way Kambas: Lebih dari Sekadar Gajah, Potret Keharmonisan Alam dan Manusia di Lampung
Taman Nasional Way Kambas di Lampung Timur menawarkan wisata minat khusus yang unik, memadukan pelestarian alam, pemberdayaan masyarakat, dan pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan.

Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, bukan hanya sekadar pusat konservasi gajah. Luas wilayahnya mencapai 1.300 kilometer persegi, menjadi rumah bagi 312 jenis burung endemik Sumatera, mamalia besar seperti gajah, badak, harimau, dan beragam flora fauna lainnya, termasuk enam jenis kantong semar. Inisiatif wisata minat khusus kini hadir, menggeser konsep wisata sebelumnya yang dianggap kurang ramah satwa, menuju pengalaman yang lebih berkelanjutan dan harmonis.
Konsep wisata baru ini dikelola oleh desa-desa penyangga, menawarkan berbagai paket menarik seperti susur Sungai Way Bungur, pengamatan burung, dan yang paling unik, ekowisata safari malam. Safari malam, dengan biaya Rp500.000 per orang (ditambah PNBP), mengajak wisatawan menjelajahi Way Kambas di tengah gelapnya malam, hanya ditemani sinar bulan dan senter. Pengalaman ini memungkinkan pertemuan tak terduga dengan satwa nokturnal, seperti rusa, macan akar, dan beragam jenis burung.
Keberhasilan wisata minat khusus ini tak lepas dari peran warga desa penyangga yang dilatih dan diberdayakan oleh Taman Nasional Way Kambas. Mereka, seperti Wiyoko, pemandu wisata dari Desa Braja Harjosari, menjadi aset berharga, mengetahui seluk-beluk satwa dan habitatnya. "Savannah Nightjar atau burung Cabak Kota ada di bawah tangga. Itu ada Sunda Pygmy Woodpecker juga," ujar Wiyoko, menggambarkan keahliannya dalam mengidentifikasi dan menjelaskan beragam satwa nokturnal.
Paket Wisata dan Pengalaman Unik
Berbagai paket wisata minat khusus ditawarkan, memberikan pilihan bagi wisatawan. Selain safari malam, pengunjung dapat menikmati susur sungai, pengamatan burung, dan bahkan ikut serta dalam kegiatan restorasi hutan. Salah satu pegiat wisata, I Wayan Tony Chandra, mencatat kunjungan yang signifikan sejak program ini dimulai pada 2024, dengan 60 wisatawan domestik dan 92 wisatawan mancanegara.
Untuk menjaga kelestarian alam dan keselamatan wisatawan, kuota kunjungan diterapkan pada setiap trip. Perjalanan dilakukan dengan mobil safari, didampingi oleh polisi hutan untuk memastikan keamanan. Satu kelompok berisi empat sampai lima orang akan didampingi satu polisi hutan, dan delapan orang akan didampingi dua polisi hutan. Hal ini menjamin pengalaman wisata yang aman dan bertanggung jawab.
Penerapan kuota kunjungan juga bertujuan untuk memberikan ruang dan waktu bagi satwa dan lingkungan agar tetap terjaga. Dengan demikian, keberadaan wisatawan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem. Hal ini menunjukkan komitmen Way Kambas dalam menjaga harmoni antara pariwisata, pelestarian alam, dan kesejahteraan masyarakat.
Keberlanjutan dan Kesejahteraan Masyarakat
Wisata minat khusus di Way Kambas bukan hanya sekadar menawarkan pengalaman wisata yang unik, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, pendapatan masyarakat desa penyangga meningkat, sekaligus mendorong mereka untuk turut serta dalam pelestarian alam dan satwa.
Model ini menunjukkan bagaimana sektor pariwisata dapat diintegrasikan dengan upaya pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Way Kambas menjadi contoh nyata bagaimana harmoni tersebut dapat tercipta, menawarkan potret keharmonisan antara manusia dan alam di Lampung Timur.
Keberhasilan ini juga menjadi bukti bahwa pelestarian alam dan pengembangan ekonomi dapat berjalan beriringan, membuka peluang bagi daerah lain untuk menerapkan model serupa. Way Kambas, dengan keanekaragaman hayatinya yang kaya dan pengelolaan wisata yang berkelanjutan, menjadi destinasi yang layak dikunjungi dan dipelajari.