Festival Way Kambas Kembali Digelar: Konsep Baru Ramah Lingkungan dan Masyarakat
Balai TNWK mendukung Festival Way Kambas yang akan digelar kembali di Lampung Timur dengan konsep baru yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan memberdayakan masyarakat sekitar.
![Festival Way Kambas Kembali Digelar: Konsep Baru Ramah Lingkungan dan Masyarakat](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/02/160048.724-festival-way-kambas-kembali-digelar-konsep-baru-ramah-lingkungan-dan-masyarakat-1.jpg)
Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), MHD Zaidi, menyatakan dukungan penuh terhadap rencana Pemerintah Kabupaten Lampung Timur untuk menggelar kembali Festival Way Kambas di Pusat Latihan Gajah Way Kambas. Festival yang akan diadakan ini akan berbeda dari penyelenggaraan sebelumnya. Hal ini disampaikan Zaidi di Desa Braja Kencana, Lampung Timur, Minggu (2/2).
Festival Way Kambas yang akan datang akan mengusung konsep wisata alam yang berkelanjutan, ramah satwa, dan memberdayakan masyarakat sekitar TNWK. Konsep ini merupakan perubahan signifikan dari festival sebelumnya. Zaidi menekankan pentingnya kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk merumuskan konsep baru ini.
Beberapa ide konsep wisata ramah satwa yang diusulkan antara lain wisata edukasi memandikan dan merawat gajah, serta jungle trek mini yang memungkinkan pengunjung berfoto selfie bersama gajah. Konsep ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan satwa.
Balai TNWK membuka kesempatan bagi desa-desa penyangga kawasan hutan Way Kambas untuk berpartisipasi dalam pengembangan wisata desa. Namun, Zaidi menegaskan pentingnya integrasi konsep wisata desa dengan program Balai TNWK untuk menjaga kelestarian alam. Kolaborasi yang baik antara pemerintah desa, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat krusial dalam keberhasilan program ini.
Dukungan terhadap penyelenggaraan Festival Way Kambas juga datang dari Kepala Desa Braja Kencana, Heru Setiawan. Heru melihat festival ini berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Desa Braja Kencana, sebagai desa penyangga hutan, berencana memanfaatkan tanggul sungai dan hamparan padang savana sebagai objek wisata. Padang savana ini sering dikunjungi gajah liar dari hutan Way Kambas, menawarkan kesempatan unik bagi wisatawan untuk mengamati gajah dari jarak aman.
Heru menambahkan bahwa konflik antara manusia dan gajah dapat diubah menjadi peluang positif melalui pengembangan wisata. Tanggul sungai, misalnya, dapat menjadi spot wisata yang menarik. Hal senada juga disampaikan oleh Camat Braja Selebah, Mirsan Hipni, yang mendorong empat desa penyangga hutan Way Kambas untuk mengintegrasikan wisata alam mereka dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Festival Way Kambas yang akan datang diharapkan dapat menjadi contoh sukses pengelolaan wisata yang berkelanjutan, ramah lingkungan dan memberdayakan masyarakat sekitar. Konsep baru ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Way Kambas sekaligus mendukung pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal.