Desa di Way Kambas Inisiasi Program Adopsi Sarang Burung Liar
Desa penyangga Taman Nasional Way Kambas meluncurkan program adopsi sarang burung liar dengan biaya terjangkau, mengajak masyarakat berpartisipasi dalam konservasi satwa dan edukasi lingkungan.

Lampung Timur, 17 Februari 2024 - Sebuah inisiatif unik dan inovatif muncul dari desa-desa penyangga Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Kabupaten Lampung Timur. Mereka meluncurkan program adopsi sarang burung liar, mengajak masyarakat turut serta dalam menjaga kelestarian satwa di habitatnya. Langkah ini menjadi bukti nyata kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan pelestarian satwa langka.
Kampung Ramah Burung dan Program Adopsi Sarang
Kepala Balai TNWK, MHD Zaidi, menjelaskan bahwa dari 38 desa penyangga TNWK, beberapa desa telah mendeklarasikan diri sebagai Kampung Ramah Burung. Salah satunya adalah Desa Labuhan Ratu IX. Deklarasi ini bukan sekadar simbolis, melainkan komitmen nyata dalam aksi konservasi. Program adopsi sarang burung menjadi salah satu program unggulan Kampung Ramah Burung.
Mekanisme program ini cukup sederhana namun efektif. Masyarakat dapat berdonasi dengan biaya terjangkau, sekitar Rp100.000 per sarang, untuk menjaga sarang burung beserta telur-telurnya hingga menetas dan burung-burung tersebut mampu terbang sendiri. Warga desa berperan sebagai "bapak asuh" bagi satwa-satwa tersebut, memastikan kelangsungan hidup mereka hingga dewasa.
Manfaat Program Adopsi Sarang Burung
Program ini tidak hanya bermanfaat bagi kelestarian burung liar dan burung migrasi di sekitar TNWK, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Dengan biaya adopsi yang terjangkau, program ini membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkontribusi dalam pelestarian alam. Melalui media sosial, program ini telah dipublikasikan luas, mengajak partisipasi masyarakat dari berbagai kalangan.
Lebih lanjut, Zaidi menambahkan bahwa keberadaan burung-burung liar, baik endemik maupun migrasi, masih terjaga dengan baik di desa-desa penyangga. Desa-desa ini juga menawarkan potensi wisata pengamatan burung, khususnya pengamatan burung malam hari. Setiap desa memiliki potensi wisata yang unik, dan program adopsi sarang burung ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang berkelanjutan dan edukatif.
Edukasi dan Pelestarian Berbasis Masyarakat
Program adopsi sarang burung ini merupakan contoh nyata bagaimana edukasi dan pelestarian lingkungan dapat dilakukan secara efektif melalui partisipasi masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, program ini tidak hanya menjaga kelestarian satwa liar, tetapi juga meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya pelestarian alam dan satwa.
Program ini juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dengan menjadi bagian dari program ini, warga desa turut aktif menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mendapatkan penghasilan tambahan. Hal ini menjadi contoh sinergi yang baik antara pelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Keberhasilan program ini bergantung pada kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Dengan dukungan dari berbagai pihak, program adopsi sarang burung ini diharapkan dapat terus berjalan dan berkembang, menjadi model keberhasilan konservasi berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Semoga inisiatif ini menginspirasi daerah lain untuk menciptakan program serupa demi menjaga kelestarian alam dan satwa Indonesia.