Desa Plangijo: Program "Orang Tua Asuh" Selamatkan Burung Liar di Lampung
Desa Labuhan Ratu IX, Lampung, meluncurkan program unik "orang tua asuh" untuk melindungi burung liar melalui adopsi sarang dan pakan, demi menjaga keanekaragaman hayati dan mengembangkan ekowisata.

Suara kicau burung liar di Desa Labuhan Ratu IX, Lampung, memberikan ketenangan, namun kelestariannya terancam. Program "orang tua asuh" di Desa Plangijo (sebutan lain Desa Labuhan Ratu IX) hadir sebagai solusi inovatif untuk mengatasi ancaman kepunahan burung liar di Indonesia, khususnya di Sumatera, yang memiliki 56 spesies endemik. Inisiatif ini melibatkan warga desa secara aktif dalam pelestarian burung melalui adopsi sarang dan pakan burung liar.
Ancaman terhadap populasi burung di Indonesia, yang mencapai 1.836 spesies, termasuk 542 spesies endemik, sangat nyata. IUCN mencatat perubahan status ancaman pada 62 spesies, dengan delapan spesies naik ke kategori ancaman tinggi. Perburuan liar dan rusaknya habitat menjadi penyebab utama. Penyelundupan burung liar juga marak, seperti penggagalan pengiriman 982 ekor burung di Bakauheni pada awal Februari 2024. Desa Plangijo, berbatasan dengan Taman Nasional Way Kambas (yang memiliki 312 spesies burung), mengambil langkah proaktif untuk melindungi satwa avifauna ini.
Program adopsi sarang dan pakan burung di Desa Plangijo melibatkan masyarakat dalam upaya konservasi. Warga yang menemukan sarang burung melaporkan ke petugas desa. Sarang kemudian diidentifikasi, dan informasi disebar melalui media sosial untuk mencari adopter atau "orang tua asuh". Adopter mendonasikan dana untuk perawatan sarang hingga burung menetas dan terbang bebas. Dana dikelola secara transparan, melibatkan penemu sarang, pemilik lahan, pendapatan asli desa, dan tim operasional. Perkembangan sarang dipantau dan dilaporkan secara berkala kepada adopter. Selain adopsi sarang, program adopsi pakan juga dijalankan, dengan dana donasi digunakan untuk membuat kantong habitat dan menanam pakan burung.
Konservasi Burung Liar Melalui Program Adopsi
Program "orang tua asuh" di Desa Plangijo menawarkan cara unik untuk melindungi burung liar. Masyarakat diajak berpartisipasi aktif dalam pelestarian dengan menjadi adopter sarang atau pakan burung. Angga Maulana, pemuda setempat dan pemandu wisata pengamatan burung, menjelaskan mekanisme program ini. Petugas konservasi mengidentifikasi sarang burung dan mencari adopter melalui media sosial. Dana yang terkumpul digunakan untuk perawatan sarang dan habitat, dengan pembagian yang transparan kepada berbagai pihak yang terlibat.
Proses adopsi sarang melibatkan pengawasan berkala dan pelaporan perkembangan kepada adopter. Lokasi sarang tidak dipindahkan, tetap berada di habitat aslinya. Pemilik lahan dan penemu sarang juga berperan penting dalam menjaga keamanan sarang. Program ini juga bertujuan untuk menciptakan Peraturan Desa tentang Konservasi Burung, memperkuat aspek hukum pelestarian.
Program adopsi pakan burung fokus pada pembuatan kantong habitat dan penanaman pohon penghasil pakan burung. Wisatawan dan adopter diajak berpartisipasi dalam penanaman pohon salam, pepaya, dan pisang. Upaya ini diharapkan dapat menyediakan sumber pakan alami bagi burung liar di desa tersebut.
Desa Ramah Burung: Cita-cita Desa Plangijo
Desa Plangijo bercita-cita menjadi desa wisata avitourism dan kampung ramah burung pertama di Sumatera. Dengan melibatkan masyarakat dalam program adopsi, desa ini tidak hanya melindungi burung liar, tetapi juga mengembangkan potensi ekowisata. Partisipasi aktif masyarakat dalam konservasi menjadi kunci keberhasilan program ini. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
Keberhasilan program ini bergantung pada kesadaran dan partisipasi masyarakat. Dengan melibatkan warga secara langsung, program ini tidak hanya efektif dalam melindungi burung liar tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat. Desa Plangijo membuktikan bahwa konservasi dan pembangunan ekonomi dapat berjalan beriringan.
Melalui program "orang tua asuh", Desa Plangijo menunjukkan komitmennya dalam pelestarian burung liar. Inisiatif ini tidak hanya melindungi satwa langka, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi dan membuka peluang ekonomi baru melalui ekowisata.