Fakta Unik Tarif Dagang AS: Komitmen Perusahaan Jepang Tak Goyah di Pasar Lokal ASEAN
Meski ada perbedaan tarif dagang AS, Komitmen Perusahaan Jepang di ASEAN tetap kuat. Apa alasan utama mereka enggan pindah pabrik dari pasar lokal?

Koichi Wakabayashi, Presiden Federasi Kamar Dagang dan Industri Jepang di ASEAN (FJCCIA), menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang menunjukkan komitmen penuh terhadap komunitas dan pasar lokal. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta pada Selasa, 29 Juli, menanggapi isu potensi relokasi pabrik.
Isu relokasi muncul seiring kekhawatiran perusahaan Jepang akan memindahkan fasilitas produksi mereka ke negara dengan tarif dagang Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dibandingkan Indonesia. Namun, Wakabayashi menepis kekhawatiran tersebut dengan alasan kuat.
Ia menjelaskan bahwa investasi perusahaan Jepang tidak hanya sebatas penciptaan lapangan kerja. Mereka juga fokus pada transfer teknologi dan pengetahuan, serta pengembangan sumber daya manusia dan pemasok lokal di setiap negara.
Komitmen Kuat Melalui Transfer Teknologi dan SDM Lokal
Wakabayashi menekankan bahwa perusahaan Jepang memiliki komitmen mendalam untuk transfer teknologi dan pengetahuan ke pasar negara lain. Proses ini krusial dalam pengembangan sumber daya manusia lokal. Ini juga mencakup pengembangan jaringan pemasok lokal yang kuat.
Karena pendekatan holistik ini, Jepang telah berhasil membangun klaster bisnis yang terintegrasi di berbagai negara. Struktur ini membuat relokasi pabrik menjadi sangat sulit bagi perusahaan Jepang. Situasi ini mungkin berbeda bagi perusahaan dari negara lain.
Klaster bisnis yang terbentuk memungkinkan perusahaan Jepang untuk berakar kuat. Investasi jangka panjang ini menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan. Hal ini memperkuat posisi mereka di pasar lokal.
Dinamika Tarif Dagang AS dan Perbedaannya di ASEAN
Presiden FJCCIA juga menyoroti isu tarif dagang yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap mitra dagangnya. Pihaknya selalu memantau diskusi terkait tarif ini dengan cermat. Fokus perhatian tidak hanya pada persentase tarif, tetapi juga perbedaan antar negara.
Wakabayashi memberikan contoh konkret mengenai perbedaan tarif. Ia menyebutkan bahwa Vietnam saat ini menghadapi tarif 20 persen, sementara Indonesia 19 persen. Selisih satu persen ini dianggap tidak signifikan bagi perusahaan Jepang.
Namun, ia mengakui bahwa perbedaan tarif dapat sangat besar untuk negara lain. Perusahaan Jepang memiliki banyak lokasi manufaktur di berbagai negara. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati dalam setiap dialog mengenai tarif.
Pentingnya Pasar ASEAN dan Pilar Penguatan Bisnis
Wakabayashi menegaskan bahwa pasar ASEAN memiliki peran yang sangat penting bagi Jepang. Kawasan ini menjadi pusat perhatian investasi dan pengembangan bisnis. Komitmen terhadap ASEAN merupakan prioritas utama bagi FJCCIA.
Dalam Dialog ke-17 antara Sekretaris Jenderal ASEAN dan FJCCIA yang diadakan di Jakarta, FJCCIA mengusulkan empat pilar utama. Pilar-pilar ini bertujuan untuk memperkuat daya tarik bisnis di kawasan ASEAN.
Empat pilar tersebut meliputi:
- Rantai pasokan yang tangguh
- Ekonomi hijau dan berkelanjutan
- Ekonomi digital, inovasi dan teknologi yang sedang berkembang
- ASEAN yang inklusif
Pilar-pilar ini menunjukkan komitmen Jepang untuk menciptakan masa depan yang sejahtera di tengah ketidakpastian global, dengan ASEAN sebagai mitra strategis utama.