Greenfaith Indonesia Ajak Puasa Energi di Bulan Ramadhan: Hemat Listrik, Ramah Lingkungan
Greenfaith Indonesia mengajak masyarakat Indonesia untuk mengurangi konsumsi energi selama Ramadhan dengan melakukan 'puasa energi', hemat listrik dan ramah lingkungan demi masa depan yang lebih baik.

Greenfaith Indonesia, sebuah organisasi nirlaba, mengajak masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam kampanye 'puasa energi' selama bulan Ramadhan. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya efisiensi energi dan mendorong penggunaan energi terbarukan. Inisiatif ini diluncurkan di Jakarta pada tanggal 19 Februari dan mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian ESDM.
Ajakan untuk 'puasa energi' ini disampaikan oleh Koordinator Nasional Greenfaith Indonesia, Hening Parlan. Menurut Hening, bulan Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk berintrospeksi dan memperbaiki perilaku, termasuk dalam hal konsumsi energi. Ia mengajak masyarakat untuk meminimalisir pemborosan energi dengan langkah-langkah sederhana seperti mematikan lampu yang tidak digunakan, terutama saat beribadah.
Hening menekankan pentingnya menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pengelolaan energi. Ramadhan, menurutnya, menjadi momen yang ideal untuk beralih ke praktik-praktik yang lebih ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan energi. Hal ini sejalan dengan upaya transisi menuju sumber energi terbarukan yang lebih berkelanjutan.
Ramadhan: Momentum Efisiensi Energi dan Transisi Energi Berkelanjutan
Diskusi bertajuk ‘Cahaya Ramadhan: Menjalani Ibadah Energi dengan Energi Berkelanjutan’ turut membahas pentingnya kesadaran masyarakat akan energi bersih dalam perspektif Islam. Eko Sudarmawan dari Pokja Bimbingan Teknis Konservasi Energi Dirjen EBTKE Kementerian ESDM memaparkan berbagai program yang telah diluncurkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penghematan energi.
Eko mencontohkan keberhasilan program penghematan energi di Jakarta, di mana beberapa rumah tangga berhasil mengurangi tagihan listrik hingga 75 persen dalam tiga bulan. Keberhasilan ini dicapai melalui langkah-langkah sederhana yang dapat diterapkan sehari-hari. Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan AC dan pencahayaan menyumbang sebagian besar konsumsi listrik di rumah tangga.
Lebih lanjut, Eko merekomendasikan penggunaan lampu LED sebagai alternatif hemat energi dan memanfaatkan cahaya matahari di siang hari untuk mengurangi penggunaan listrik. Dengan begitu, masyarakat dapat mengurangi tagihan listrik hingga 15 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penghematan energi dapat dilakukan dengan mudah dan memberikan dampak positif yang signifikan.
Peluncuran Buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan
Selain kampanye 'puasa energi', acara tersebut juga menandai peluncuran Buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan. Buku ini disusun secara inklusif, melibatkan masyarakat yang terdampak dalam proses diskusi dan penulisan. Aldy Permana dari Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC) Indonesia menjelaskan bahwa buku ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi umat Islam dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Aldy berharap buku dan acara ini dapat menginspirasi umat Islam untuk menggunakan energi terbarukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama selama bulan Ramadhan. Inisiatif ini menunjukkan upaya untuk menggabungkan nilai-nilai keagamaan dengan praktik-praktik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, kampanye 'puasa energi' dan peluncuran buku ini merupakan langkah positif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya efisiensi energi dan transisi energi berkelanjutan di Indonesia. Dengan langkah-langkah sederhana dan kesadaran kolektif, masyarakat dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan dan masa depan yang lebih baik.