Gubernur Bali Resmikan Pura Pertama di Belanda: Semboyan Gotong Royong Menggema di Eropa
Gubernur Bali Wayan Koster meresmikan Pura Santa Citta Bhuwana di Belanda, pura pertama di Eropa yang dibangun dengan semangat gotong royong masyarakat Bali perantauan.

Gubernur Bali, Wayan Koster, baru-baru ini melakukan perjalanan bersejarah ke Belanda. Bukan kunjungan kenegaraan biasa, melainkan peresmian sebuah bangunan sakral yang sangat berarti bagi masyarakat Bali perantauan: Pura Santa Citta Bhuwana. Peresmian yang berlangsung khidmat ini menandai berdirinya pura pertama di Eropa, tepatnya di Kallankote, Belanda, sebuah pencapaian luar biasa yang diwujudkan melalui semangat gotong royong yang tinggi.
Peresmian pura ini bukan hanya sebuah peristiwa penting bagi komunitas Bali di Belanda, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pura Santa Citta Bhuwana berdiri megah sebagai bukti nyata akan kekuatan persatuan dan kerja sama, dibangun dengan material yang didatangkan langsung dari Bali dan dibiayai melalui sumbangan sukarela dari masyarakat Bali di Belanda. Kehadiran Gubernur Koster dalam acara melaspas (upacara peresmian menurut kepercayaan Hindu) semakin mengukuhkan pentingnya momen bersejarah ini.
Pembangunan pura ini telah lama menjadi dambaan masyarakat Bali di Belanda. Setelah melalui proses panjang dan kerja keras yang tak kenal lelah, akhirnya mimpi tersebut terwujud pada tahun 2023. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata akan tekad dan semangat gotong royong yang tinggi dari masyarakat Bali di perantauan, yang mampu menyatukan hati dan tenaga untuk membangun tempat ibadah bagi mereka yang jauh dari tanah kelahiran.
Semangat Gotong Royong Membangun Pura di Negeri Kincir Angin
Kehadiran Pura Santa Citta Bhuwana di Belanda merupakan bukti nyata dari semangat gotong royong yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat Bali. Proses pembangunannya dilakukan secara swadaya oleh komunitas Bali di Belanda, dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Belanda dan Pemerintah Provinsi Bali. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan dan kebersamaan di antara masyarakat Bali, meskipun terpisah oleh jarak dan lautan.
Gubernur Koster sendiri turut memberikan apresiasi yang tinggi atas terwujudnya pura ini. Beliau berharap Pura Santa Citta Bhuwana dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat Bali di Belanda sebagai tempat ibadah, pusat kebudayaan, dan wadah untuk mempererat tali persaudaraan. Lebih dari itu, pura ini diharapkan dapat menjadi simbol kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia di Belanda dan di mancanegara.
Duta Besar RI untuk Belanda, Mayerfas, turut hadir dalam acara peresmian dan menyampaikan rasa bangganya atas terwujudnya pura ini. Beliau menekankan bahwa Pura Santa Citta Bhuwana bukan hanya kebanggaan bagi masyarakat Bali, tetapi juga kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keberadaan pura ini diharapkan dapat memperkuat identitas dan kebudayaan Indonesia di Belanda.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Provinsi Bali dan KBRI Belanda, menunjukkan betapa pentingnya pelestarian budaya dan agama bagi Indonesia. Keberadaan Pura Santa Citta Bhuwana menjadi bukti nyata akan komitmen bersama untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia di mancanegara.
Lokasi Pura dan Peran Yayasan Bali Abdi Samasta
Pura Santa Citta Bhuwana berlokasi di Taman Indonesia, sebuah lahan yang dihibahkan oleh Marlisa dan Diederik Wareman kepada Yayasan Bali Abdi Samasta. Pasangan tersebut, yang memiliki kecintaan yang besar terhadap Indonesia dan Bali, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi terwujudnya pura ini. Yayasan Bali Abdi Samasta, yang dipimpin oleh Made Aniadi, berperan penting dalam memfasilitasi pembangunan pura, termasuk dalam pengurusan perizinan dan koordinasi dengan berbagai pihak.
Meskipun pembangunan pura difasilitasi oleh yayasan, dana yang digunakan sepenuhnya berasal dari sumbangan gotong royong masyarakat Bali di Belanda. Hal ini menunjukkan semangat kebersamaan dan kepedulian yang tinggi di antara mereka. Keberhasilan pembangunan pura ini menjadi bukti nyata akan kekuatan gotong royong dalam mewujudkan impian bersama.
Pura Santa Citta Bhuwana berdiri megah sebagai simbol persatuan, kebersamaan, dan semangat gotong royong masyarakat Bali di Belanda. Keberadaannya tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan wadah untuk mempererat tali persaudaraan di antara masyarakat Bali perantauan. Semoga pura ini dapat terus menjadi tempat beribadah dan pusat kebudayaan bagi masyarakat Bali di Belanda untuk waktu yang lama.
Peresmian Pura Santa Citta Bhuwana di Belanda merupakan tonggak sejarah penting bagi masyarakat Bali di perantauan dan juga bagi Indonesia. Semoga keberadaan pura ini dapat semakin memperkuat ikatan persaudaraan dan kebersamaan, serta menjadi simbol kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia.