Hormesis: Rahasia Manfaat Dosis Kecil Stresor
Konsep hormesis menjelaskan bagaimana paparan zat berbahaya dalam dosis rendah justru memberikan manfaat kesehatan dengan merangsang mekanisme pertahanan tubuh, tetapi dosis tinggi dapat menimbulkan kerusakan.
Sejak abad ke-16, Paracelsus telah menyatakan bahwa dosis menentukan efek suatu zat, sebuah konsep yang kini dikenal sebagai hormesis. Hormesis, berasal dari bahasa Yunani 'hormaein' (mendorong/merangsang), menjelaskan fenomena biologis di mana zat berbahaya dalam dosis rendah justru bermanfaat.
Bayangkan pohon kecil yang tumbuh kuat karena angin kecil, namun tumbang oleh badai. Begitu pula tubuh kita. Stresor ringan seperti olahraga atau paparan panas dalam dosis rendah meningkatkan daya tahan tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa tubuh merespons berbagai stresor—radiasi, bahan kimia, kekurangan oksigen—dengan cara adaptif pada dosis rendah, namun merusak pada dosis tinggi. Ini memicu mekanisme perbaikan, seperti meningkatkan antioksidan dan memperbaiki DNA.
Jejak Hormesis dalam Penelitian
Edward J. Calabrese telah mengumpulkan lebih dari 9.000 model hormesis yang menunjukkan fenomena ini pada berbagai organisme, dari bakteri hingga manusia. Jalur sinyal seperti AMPK, NRF2, dan NF-κB berperan dalam proses ini, mengubah tantangan menjadi peluang. Kemampuan tubuh merespons stres menurun seiring usia, tetapi hormesis menawarkan harapan memperlambat penuaan. Olahraga teratur, misalnya, meningkatkan antioksidan dan memperbaiki fungsi mitokondria. Namun, pada individu rentan, stres ringan dapat memicu inflamasi berlebihan.
Hormesis di Luar Tubuh Manusia
Prinsip hormesis juga berlaku di luar tubuh manusia. Tanaman tertentu, misalnya, meningkatkan ketahanan terhadap hama jika terpapar pestisida dalam dosis rendah. Tantangan terbesar adalah menentukan dosis optimal yang aman dan efektif. Dalam konteks radiasi, dosis rendah merangsang perbaikan DNA, sedangkan dosis tinggi merusak.
Penerapan Hormesis dalam Dunia Medis
Dunia medis mulai menggunakan prinsip hormesis. Prekondisi iskemik, misalnya, melibatkan paparan iskemia singkat untuk melatih jaringan menghadapi cedera lebih besar. Di onkologi, hormesis dieksploitasi untuk membunuh sel kanker dengan meminimalkan efek samping. Namun, penerapan hormesis membutuhkan penelitian lebih lanjut dan kerangka etis yang kuat untuk menghindari penyalahgunaan.
Kesimpulan: Keseimbangan dalam Ketidakseimbangan
Tubuh kita seperti orkestra; stresor adalah nada yang bisa memperkaya atau merusak harmoni. Hormesis adalah konduktor yang mengatur intensitas nada. Latihan menghadapi stres melalui olahraga, pola makan seimbang, dan paparan stres ringan penting untuk adaptasi dan daya tahan tubuh. Hormesis mengajarkan kita bahwa tantangan, dalam dosis yang tepat, bukan musuh, tetapi guru yang mendorong pertumbuhan dan keseimbangan dalam ketidakseimbangan.
*) Dokter Dito Anurogo MSc PhD adalah alumnus PhD dari IPCTRM College of Medicine Taipei Medical University Taiwan, dosen FKIK Unismuh Makassar, penulis puluhan buku, trainer berlisensi BNSP, aktif di berbagai organisasi, reviewer puluhan jurnal nasional-internasional