Intervensi Keluarga: Kunci Atasi Stunting di Indonesia
Dokter spesialis anak menyebut intervensi keluarga dan lingkungan jadi kunci utama dalam mengatasi masalah stunting di Indonesia, ditunjang skrining dini dan sistem rujukan yang efektif.
Jakarta, 24 Januari 2024 - Novitria Dwinanda, Dokter Spesialis Anak RSAB Harapan Kita, menekankan pentingnya intervensi keluarga sebagai kunci utama dalam penanggulangan stunting di Indonesia. Pernyataan ini disampaikannya di Jakarta pada Jumat lalu. Ia juga menjelaskan bahwa penanganan stunting memerlukan pemahaman menyeluruh terkait pemantauan pertumbuhan, nutrisi tepat, dan diagnosis yang akurat.
Menurut dr. Novitria, banyak faktor yang menyebabkan stunting. Salah satunya adalah rendahnya pemahaman orang tua tentang stunting. Akibatnya, asupan nutrisi ibu hamil dan anak, termasuk pemberian ASI dan MPASI, seringkali kurang diperhatikan. Minimnya pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin juga menjadi masalah, disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah dan terbatasnya akses fasilitas kesehatan.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan tantangan dalam mengatasi stunting. "Banyak orang tua di Indonesia yang sulit menerima kenyataan atau malu jika anaknya terdiagnosis stunting," ungkap dr. Novitria. Mereka cenderung menyangkal diagnosis dan menolak rujukan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan komprehensif. Hal ini tentu menghambat proses penyembuhan.
Oleh karena itu, skrining dini dan sistem rujukan menjadi sangat penting. "Skrining efektif meliputi pengukuran tinggi, berat badan, dan penilaian status gizi anak," jelas dr. Novitria. Deteksi dini melalui skrining memungkinkan intervensi cepat dan tepat, mengurangi risiko komplikasi, dan memastikan anak mendapatkan perawatan optimal. Rujukan yang tepat juga memastikan anak mendapatkan intervensi yang dibutuhkan, seperti suplementasi gizi, perubahan pola makan, dan pemantauan intensif.
Keberhasilan program Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS) sangat bergantung pada kerjasama berbagai pihak. Keterlibatan tenaga kesehatan dan keluarga sangat krusial. Semua pihak harus bahu-membahu dalam upaya menekan angka stunting di Indonesia.
Data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,5 persen. Angka ini hanya turun sedikit (0,1 persen) dari tahun sebelumnya (21,6 persen). Penurunan ini masih jauh dari target RPJMN 2020-2024, yaitu 14 persen. Karenanya, target penurunan stunting telah disesuaikan menjadi 18,8 persen pada 2025 dan diharapkan mencapai 14,2 persen di akhir RPJMN 2025-2029.
Kesimpulannya, penanganan stunting memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan keluarga, tenaga kesehatan, dan pemerintah. Skrining dini, rujukan yang efektif, serta peningkatan pemahaman masyarakat tentang stunting merupakan langkah-langkah penting untuk mencapai target penurunan stunting di Indonesia. Kerja sama semua pihak sangat dibutuhkan untuk mewujudkan generasi Indonesia yang sehat dan bebas stunting.