ISESS: Industri Pertahanan Indonesia Berfondasi Kuat, Siap Jadi Kekuatan Regional Meski Hadapi Tantangan Krusial
Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) menilai Industri Pertahanan Indonesia memiliki fondasi kuat, namun tantangan teknologi dan SDM harus diatasi untuk menjadi kekuatan regional. Simak selengkapnya!

Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) menyatakan bahwa industri pertahanan Indonesia telah memiliki fondasi yang kuat. Hal ini dinilai mampu menjadi pijakan penting bagi Indonesia untuk berkembang menjadi kekuatan regional yang signifikan. Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertahanan, seperti PT Penataran Angkatan Laut (PAL) Indonesia, PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad), dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), telah menunjukkan kapasitas produksi yang membanggakan.
Co-Founder ISESS, Khairul Fahmi, menggarisbawahi capaian Indonesia dalam menerapkan skema offset transfer teknologi dan joint production. Salah satu contoh paling menonjol adalah proses pembangunan kapal selam yang sebagian besar pengerjaannya dilakukan di PT PAL. Ini membuktikan bahwa transfer teknologi berjalan efektif dan kemampuan dasar Indonesia dalam bidang pertahanan sudah terbentuk.
Meskipun demikian, Fahmi juga mengingatkan akan beberapa tantangan besar yang masih membayangi. Tantangan tersebut meliputi penguasaan teknologi kunci, integrasi riset yang komprehensif, serta pengelolaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Aspek-aspek ini menjadi krusial untuk memastikan pertumbuhan industri pertahanan yang berkelanjutan dan mandiri.
Potensi dan Capaian Sektor Pertahanan Maritim
PT PAL termasuk salah satu BUMN yang paling mumpuni dalam industri pertahanan Indonesia. Proses pembangunan kapal selam yang melibatkan transfer teknologi dari Korea Selatan sebagian besar dilakukan di fasilitas PT PAL. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dasar dan pemahaman teknis Indonesia dalam bidang perkapalan sudah sangat memadai.
Untuk sektor perkapalan, Indonesia tergolong aman dan memiliki prospek cerah. Selain fasilitas milik PT PAL, terdapat banyak galangan kapal swasta yang dapat dilibatkan. Mereka memiliki potensi besar untuk mendukung produksi maupun perawatan kapal militer, memperkuat ekosistem maritim nasional.
Saat ini, PT PAL sedang mengerjakan beberapa proyek strategis, termasuk fregat Merah Putih, kapal selam baru, kapal patroli cepat, dan kapal bantu logistik. Selain itu, industri swasta juga telah berhasil memproduksi kapal angkut personel dan kapal serbu cepat. Ini menegaskan bahwa kemampuan dasar Indonesia di sektor maritim dinilai sudah aman dan siap menghadapi berbagai kebutuhan pertahanan.
Tantangan Teknologi dan Peremajaan Alutsista Udara
Kemandirian pertahanan tidak berarti menutup pintu impor sepenuhnya; pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) dari luar negeri juga memiliki peran strategis. Fahmi menyebutnya sebagai upaya menjaga hubungan baik dengan negara-negara pemasok. Ini merupakan pendekatan seimbang antara kemandirian dan diplomasi pertahanan.
Sektor drone merupakan salah satu kebutuhan pertahanan yang memiliki potensi besar namun belum tergarap optimal. Hambatan utamanya adalah keterbatasan akses terhadap teknologi kunci, seperti sistem persenjataan, radar, dan sensor. Tanpa penguasaan teknologi kunci ini, Indonesia berisiko hanya menjadi perakit, di mana komponen utama masih bergantung pada pasokan luar negeri.
Kondisi kekuatan udara juga menjadi perhatian serius. Meskipun jumlah pesawat tempur Indonesia relatif banyak, lebih dari separuhnya sudah tua dan mendekati batas usia pakai. Peremajaan alutsista udara menjadi sangat mendesak, mengingat tren peperangan modern semakin bergantung pada teknologi jarak jauh dan penggunaan drone yang canggih.
Strategi Penguatan Industri dan Sumber Daya Manusia
Pembentukan holding BUMN pertahanan, Defend ID, merupakan langkah positif untuk memusatkan kekuatan industri dan memperjelas arah pengembangan. Ini diharapkan dapat menciptakan sinergi antar BUMN dan meningkatkan efisiensi. Namun, langkah ini harus dibarengi dengan peta jalan atau roadmap yang jelas serta ekosistem riset lintas sektor yang terintegrasi.
Pendanaan yang memadai juga menjadi kunci untuk mengoptimalkan kapasitas produksi industri pertahanan. Fahmi menekankan pentingnya membangun pasar dan mengembangkan rantai pasok agar kapasitas produksi dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kolaborasi antarpihak, bukan persaingan, menjadi esensial dalam implementasi strategi ini.
Pengelolaan sumber daya manusia berkualitas juga sangat penting, termasuk memanfaatkan diaspora Indonesia yang memiliki keahlian di bidang teknologi pertahanan. Namun, memanggil mereka pulang saja tidak cukup. Perlu ada tempat yang layak dan tepat agar keahlian mereka dapat terpakai secara optimal di tanah air, mendukung kemajuan industri pertahanan nasional.