Israel Tutup 6 Sekolah UNRWA di Yerusalem Timur, 800 Siswa Palestina Terancam
UNRWA mengecam penutupan enam sekolahnya di Yerusalem Timur oleh Israel yang mengancam pendidikan sekitar 800 siswa Palestina, melanggar hukum internasional.

Ankara, 1 Mei 2024 - Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menyampaikan kecaman keras atas tindakan Israel yang memerintahkan penutupan enam sekolah yang dikelolanya di Yerusalem Timur. Penutupan ini berdampak langsung pada sekitar 800 siswa Palestina yang kini terancam kehilangan akses pendidikan. Peristiwa ini terjadi setelah delegasi gabungan dari 12 mitra UNRWA mengunjungi kamp pengungsi Shu’fat untuk memberikan dukungan internasional dan mendengarkan langsung keluh kesah siswa, orang tua, dan staf terkait perintah penutupan tersebut.
UNRWA menegaskan bahwa perintah penutupan sekolah ini merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan kewajiban Israel untuk melindungi hak pendidikan anak-anak Palestina. "Perintah ini melanggar kewajiban Israel mentaati hukum internasional," tegas pernyataan resmi UNRWA. Sekolah-sekolah UNRWA di Shu’fat telah menjadi bagian integral dari struktur sosial kamp selama beberapa dekade, menyediakan akses pendidikan berkualitas tinggi bagi anak-anak di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.
Dampak penutupan ini sangat memprihatinkan, terutama bagi anak perempuan yang bercita-cita tinggi. "Anak-anak perempuan kini takut bahwa impian mereka untuk menjadi dokter atau ilmuwan akan sirna jika mereka kehilangan akses terhadap pendidikan," ungkap UNRWA dalam pernyataannya. Penutupan sekolah dijadwalkan paling lambat tanggal 8 Mei, dengan alasan kurangnya izin operasional. Tidak ada pihak yang diizinkan memasuki area sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, dan staf lainnya.
Penutupan Sekolah: Bagian dari Serangan Terhadap UNRWA?
UNRWA melihat penutupan sekolah ini sebagai bagian dari serangan yang lebih luas yang dilancarkan Israel terhadap badan tersebut dan mandatnya dalam melayani pengungsi Palestina. Tindakan ini semakin menguatkan kecurigaan tersebut, mengingat adanya dua undang-undang yang disahkan Knesset (parlemen) Israel pada Oktober 2024. Undang-undang tersebut melarang operasi UNRWA di Israel dan wilayah pendudukan serta melarang kontak antara otoritas Israel dengan badan PBB ini. Undang-undang tersebut mulai berlaku pada 30 Januari 2025.
Tuduhan Israel yang menyatakan karyawan UNRWA terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 juga semakin memperkeruh situasi. Tuduhan ini dibantah keras oleh UNRWA. UNRWA, yang berdiri sejak 1949, telah menjadi penyelamat penting bagi jutaan pengungsi Palestina. Badan ini mendukung hampir 5,9 juta orang di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Penutupan sekolah ini mengancam keberlangsungan bantuan pendidikan yang selama ini diberikan UNRWA kepada para pengungsi.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan semakin terbatasnya akses pendidikan bagi anak-anak Palestina di Yerusalem Timur. Tindakan Israel ini dinilai sebagai upaya untuk membatasi hak-hak dasar rakyat Palestina dan menghambat perkembangan mereka. Dunia internasional diharapkan dapat memberikan tekanan kepada Israel untuk menghentikan tindakan ini dan memastikan hak pendidikan anak-anak Palestina terlindungi.
Dampak Penutupan Sekolah Terhadap Siswa Palestina
Penutupan sekolah-sekolah UNRWA di Yerusalem Timur berdampak signifikan terhadap kehidupan pendidikan sekitar 800 siswa Palestina. Mereka kehilangan akses ke fasilitas pendidikan yang berkualitas dan lingkungan belajar yang kondusif. Selain itu, penutupan ini juga berdampak pada guru dan staf sekolah yang kehilangan mata pencaharian.
Kehilangan akses pendidikan dapat berdampak jangka panjang terhadap masa depan para siswa. Mereka mungkin akan kesulitan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini dapat memperburuk kondisi sosial ekonomi masyarakat Palestina di Yerusalem Timur.
UNRWA berharap agar dunia internasional dapat memberikan tekanan kepada Israel untuk membuka kembali sekolah-sekolah tersebut dan menjamin akses pendidikan bagi anak-anak Palestina. Tindakan ini merupakan langkah penting untuk melindungi hak-hak dasar anak dan memastikan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Dengan ditutupnya sekolah-sekolah ini, anak-anak Palestina tidak hanya kehilangan akses pendidikan formal, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan guru, serta lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Hal ini akan berdampak pada perkembangan sosial dan emosional mereka.
Peristiwa ini sekali lagi menyoroti perjuangan panjang rakyat Palestina dalam mendapatkan hak-hak dasar mereka, termasuk hak atas pendidikan. Perlindungan hak pendidikan anak-anak Palestina menjadi tanggung jawab bersama seluruh dunia internasional.
UNRWA berharap agar solusi damai dapat segera tercapai dan anak-anak Palestina dapat kembali bersekolah dengan aman dan nyaman.