Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
logo
LIVE
  • Auto
  • Dark Mode
  • Light Mode
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Lainnya
    • Ngakak
    • Merdeka
LIVE
  • Auto
  • Dark Mode
  • Light Mode
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Lainnya
HEADLINE HARI INI
  1. Hot News

Jalan Idealisme Ki Hajar Dewantara: Dari Penentang Kolonial hingga Bapak Pendidikan Nasional

Sudirman Said mengulas perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh yang memperjuangkan idealisme dan pendidikan sebagai senjata melawan kolonialisme, hingga akhirnya menjadi Bapak Pendidikan Nasional.

Jumat, 02 Mei 2025 07:32:00
#planetantara
Copied!
Jalan Idealisme Ki Hajar Dewantara: Dari Penentang Kolonial hingga Bapak Pendidikan Nasional
Sudirman Said mengulas perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh yang memperjuangkan idealisme dan pendidikan sebagai senjata melawan kolonialisme, hingga akhirnya menjadi Bapak Pendidikan Nasional. (©© 2025 Antaranews)
ADVERTISEMENT

Pagi itu, sebuah percakapan sederhana tentang idealisme memicu renungan mendalam. Seorang sahabat mempertanyakan relevansi idealisme di dunia nyata, namun saya meyakini bahwa perubahan besar selalu bermula dari perjuangan gigih para idealis. Perjuangan Ki Hajar Dewantara menjadi bukti nyata dari keyakinan ini. Ia, yang lahir sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada 2 Mei 1889, merupakan contoh nyata bagaimana idealisme dapat mengubah peradaban.

Ki Hajar Dewantara, yang hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, memiliki latar belakang keluarga bangsawan Kesultanan Yogyakarta. Ia menikmati pendidikan di ELS dan STOVIA, namun masalah kesehatan menghentikan pendidikan kedokterannya. Namun, jalan perjuangannya tidak berhenti di situ. Ia memilih jalur jurnalistik untuk menyuarakan ketidakadilan kolonial, walau keluarganya dekat dengan pemerintah kolonial.

Tulisan-tulisannya yang tajam dan kritis, seperti Als Ik Een Nederlander Was (Jika Saya Orang Belanda), mengungkapkan sindiran pedas terhadap pemerintah kolonial. Kalimatnya, "Seandainya saya Belanda, saya tidak akan menyelenggarakan pesta kemerdekaan di negeri yang kami rampas kemerdekaannya," menjadi seruan moral yang mengguncang kesadaran publik dan membuat pemerintah kolonial ketar-ketir. Ki Hajar melihat kolonialisme bukan hanya penjajahan fisik, tetapi juga penindasan mental yang destruktif.

Perjuangan Melawan Kolonialisme melalui Pendidikan

Ki Hajar Dewantara memahami bahwa melawan kolonialisme memerlukan kekuatan pikiran. Ia menentang mentalitas kolonial dengan pendidikan yang membebaskan. Bersama Ernest Douwes Dekker dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij pada 1912, partai politik pertama yang menyerukan kemerdekaan Indonesia. Namun, perjuangan mereka berujung pada penangkapan dan pengasingan Ki Hajar, pertama ke Bangka, lalu ke Belanda.

Pengasingan justru menjadi kesempatan bagi Ki Hajar untuk memperdalam wawasannya tentang pendidikan. Sekembalinya ke Indonesia, ia mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Taman Siswa bukan sekadar sekolah, tetapi gerakan pendidikan yang memberikan kesetaraan bagi pribumi. Filosofinya, "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani", menjadi pedoman kepemimpinan yang menekankan teladan dan dorongan.

Ki Hajar menegaskan bahwa mendidik adalah memimpin, dan memimpin adalah memberi teladan. Baginya, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, melainkan alat pembebasan yang membangun budi pekerti, gagasan, dan keberanian rakyat. Pandangan ini selaras dengan Pedagogy of the Oppressed karya Paulo Freire, yang mengusung pendidikan sebagai alat pembebasan melalui kesadaran kritis.

Pada usia 40 tahun, Ki Hajar melepas gelar bangsawannya dan mengadopsi nama Ki Hajar Dewantara, menegaskan pendiriannya yang egaliter dan menolak feodalisme. Ia juga menolak konflik kepentingan, seperti terlihat dari pengunduran dirinya sebagai Menteri Pendidikan pada 1951.

Warisan Ki Hajar Dewantara

Komitmen Ki Hajar Dewantara pada kejujuran dan pelayanan publik tercermin dalam perkataannya kepada anaknya: "Jangan risau kalau ada yang berpandangan negatif tentang ayahmu. Tapi kalau mereka bertanya siapa ayahmu, aku akan jawab: Aku adalah orang Indonesia, yang berbakti untuk Indonesia, dengan cara Indonesia. Aku akan berbuat yang terbaik bagi Indonesia, dan tidak akan mengambil satu sen pun yang bukan hakku." Perjuangannya melalui pendidikan telah membawa perubahan fundamental bagi Indonesia.

Di Hari Pendidikan Nasional 2025, kita perlu merenungkan warisan Ki Hajar Dewantara. Pendidikan baginya bukan sekadar kurikulum, melainkan keberanian menegakkan nilai-nilai luhur dan menanamkan sikap anti-kolonial. Jalan idealisme Ki Hajar Dewantara penuh tantangan, tetapi telah membawa Indonesia dari gelap menuju terang, dari tertindas menuju merdeka. Para pendidik harus terus mengobarkan semangat dan nilai-nilai luhur yang telah ia wariskan.

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2025. Dirgahayu para pendidik, pewaris teladan Sang Pembebas.

Share
Copied!

Share

Better experience in portrait mode.
Image Saved!
Berita Terbaru
  • Meriahnya Perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-80 di Beijing: Dari Guiqiao Hingga Kuliner Nusantara
  • Kukar, Lumbung Padi Kaltim, Optimalisasi Peran Penyuluh Pertanian Topang Pangan IKN: Fakta Produksi Fantastis!
  • UIN Jakarta Usung Kurikulum Berbasis Cinta: Fondasi Generasi Penuh Kasih Sayang dan Toleransi
  • Tahukah Anda? DPRD Ambon Kenalkan Dunia Politik Lewat Program Parlemen Muda untuk Pelajar
  • Maluku Tengah Bangkit: Pemkab Rekonstruksi 12 Rumah Pascakonflik, Libatkan Warga Lokal untuk Pemulihan
  • hari pendidikan nasional
  • idealisme
  • ki hajar dewantara
  • kolonialisme
  • #konten ai
  • pembebasan
  • pendidikan
  • pendidikan nasional
  • #planetantara
  • sejarah indonesia
  • taman siswa
  • tokoh nasional
Copied!
Artikel ini ditulis oleh
Redaksi Merdeka
Editor Redaksi Merdeka
R
Reporter
  • Redaksi Merdeka
Disclaimer

Artikel ini ditulis ulang menggunakan artificial intelligence (AI). Jika ada kesalahan dalam konten, mohon laporkan ke redaksi.

Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

ADVERTISEMENT
Topik Populer

Topik Populer

  • Viral
  • Timnas
  • Prabowo Subianto
  • Piala AFF 2024
  • PPN 12 persen
  • Irish Bela
Rekomendasi
  • beijing china

    Meriahnya Perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-80 di Beijing: Dari Guiqiao Hingga Kuliner Nusantara

    20 Agu 2025
  • ekonomi kukar

    Kukar, Lumbung Padi Kaltim, Optimalisasi Peran Penyuluh Pertanian Topang Pangan IKN: Fakta Produksi Fantastis!

    20 Agu 2025
  • generasi berkarakter

    UIN Jakarta Usung Kurikulum Berbasis Cinta: Fondasi Generasi Penuh Kasih Sayang dan Toleransi

    20 Agu 2025
  • ambon maju

    Tahukah Anda? DPRD Ambon Kenalkan Dunia Politik Lewat Program Parlemen Muda untuk Pelajar

    20 Agu 2025
  • bupati maluku tengah

    Maluku Tengah Bangkit: Pemkab Rekonstruksi 12 Rumah Pascakonflik, Libatkan Warga Lokal untuk Pemulihan

    20 Agu 2025
ADVERTISEMENT
Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

  • Kurang dari 24 Jam, Polisi Ringkus Terduga Pelaku Premanisme di Tambora Jakarta Barat

    cctv 16 Agu 2025
  • Viral Mengamen hingga Tengah Malam, Dinsos DKI Lakukan Penertiban Pengamen Anak Secara Persuasif

    Dinsos DKI 12 Agu 2025
  • Bikin Heboh! Wakil Menteri Ketenagakerjaan Tampil dengan Kaus One Piece Dukung Buruh Mogok, Simbol Perlawanan Ketidakadilan?

    Bendera Bajak Laut 8 Agu 2025
  • Viral Minta Rp100 Ribu, Juru Parkir Liar Tanah Abang Ditangkap Polisi

    hukum 30 Jul 2025
  • Kurang dari 24 Jam! Polisi Tangkap Dua Pencuri Tas Kereta di Tambora, Korban Rugi Rp10 Juta

    cctv 29 Jul 2025
logo
Kontak Tentang Kami Redaksi Pedoman Media Siber Metodologi Riset Workstation Disclaimer Syarat & Ketentuan Privacy Kode Etik Sitemap
  • Kapanlagi.com
  • Otosia
  • Liputan6
  • Fimela
  • Bola.net
  • Brilio
  • Bola.com
  • Merdeka
Connect with us

Copyright © 2025 merdeka.com KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved.