Kampung Kopi Luwak: Kopi Liberika Asal Kaltim Mendunia
Kampung Kopi Luwak di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sukses mengembangkan kopi liberika dengan proses alami dan menjadi destinasi agrowisata yang meningkatkan perekonomian lokal dan terkenal hingga mancanegara.

Aroma kopi liberika khas Kalimantan menyambut siapapun yang datang ke Desa Prangat Baru, Kutai Kartanegara. Di tengah hutan yang rindang, Kampung Kopi Luwak hadir sebagai destinasi agrowisata unik yang memadukan kenikmatan kopi dengan proses alami.
Berawal dari empat pohon kopi yang dibawa seorang transmigran dari Jawa pada 1986, kini Kampung Kopi Luwak telah menjelma menjadi kebun kopi yang terkenal. Ahmad Hassim Albarkati, pengelola Kampung Kopi Luwak, menceritakan kisah ayahnya, Rindoni, yang memulai semuanya. Awalnya, kopi hanya untuk konsumsi keluarga. Namun, seiring waktu, kopi hasil panen mereka mendapat perhatian karena cita rasa yang unik.
Tahun 2012 menjadi titik balik. Seorang pengunjung menyadari keunikan rasa kopi tersebut. Keunikan itu ternyata berasal dari proses alami yang melibatkan luwak. Luwak liar memakan buah kopi liberika, dan biji kopi yang keluar bersama kotorannya menghasilkan cita rasa khas yang disukai banyak orang. Awalnya, keluarga Rindoni tak menyadari nilai jual kopi luwak tersebut.
Keberadaan Kampung Kopi Luwak menarik perhatian Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, pada 2019. Terkesan dengan cita rasa kopi, Bupati mendorong pembentukan kelompok tani. Dengan dukungan program corporate social responsibility (CSR) Pertamina Hulu Kalimantan Timur, kelompok tani pun terbentuk, dan nama "Kampung Kopi Luwak" dipilih karena keunikannya.
Kesuksesan Kampung Kopi Luwak semakin nyata. Pada 2021, mereka meraih penghargaan Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas keberhasilan memberdayakan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Wisatawan domestik dan mancanegara pun berdatangan, termasuk dari Brasil, Spanyol, dan Belanda. Kampung Kopi Luwak juga menjadi rujukan bagi berbagai instansi yang ingin belajar tentang budidaya kopi liberika dan proses kopi luwak alami.
Keunggulan Kampung Kopi Luwak terletak pada tiga hal: jenis kopi liberika yang unik (rasa antara robusta dan arabika), proses alami dengan luwak liar, dan suasana pedesaan yang asri. Kopi liberika di Kalimantan Timur hanya dapat ditemukan di sini. Kolaborasi dengan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) juga berperan besar dalam pengembangan Kampung Kopi Luwak. Kerja sama ini tidak hanya meningkatkan kualitas kopi, tetapi juga memberikan edukasi tentang budidaya kopi yang ramah lingkungan dan konservasi luwak.
Dampak positif terlihat dari peningkatan pendapatan petani. Pendapatan meningkat signifikan, dan omzet penjualan mencapai puluhan juta rupiah per tahun. Keberhasilan ini juga berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan hingga lebih dari 200 persen. Kampung Kopi Luwak juga merencanakan pengembangan sistem pengolahan kopi terpadu untuk menjaga kualitas biji kopi liberika.
Kopi luwak Prangat Baru memiliki aroma buah yang kuat dan rasa yang unik, perpaduan woody, manis tipis, dan fruity. Hal ini membuat kopi tersebut dibanderol dengan harga fantastis, Rp4,5 juta per kilogram. Pemerintah daerah juga turut mendukung pengembangan Kampung Kopi Luwak, termasuk rencana pembangunan rest area untuk meningkatkan aksesibilitas dan pemasaran produk lokal.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk DPRD Kutai Kartanegara, semakin memperkuat posisi Kampung Kopi Luwak sebagai destinasi wisata andalan dan ikon produk unggulan daerah. Kampung Kopi Luwak telah menjadi bukti nyata kolaborasi yang sukses dalam memberdayakan masyarakat, melestarikan lingkungan, dan meningkatkan perekonomian lokal. Dengan luas lahan delapan hektar, Kampung Kopi Luwak terus berinovasi dan bertekad memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat sekitar.