Kehidupan di Sepanjang Sungai Kapuas: Arus Kehidupan dan Ekonomi Kalimantan Barat
Sungai Kapuas di Kalimantan Barat menjadi urat nadi kehidupan dan perekonomian masyarakat sekitar, khususnya di Kabupaten Kubu Raya, yang mengandalkan transportasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok dan distribusi barang.

Dua pemuda dengan cekatan memindahkan tangki air 1550 liter ke atas perahu kayu di Pelabuhan Sungai Pasar Baru, Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Tangki tersebut akan didistribusikan ke Kecamatan Batu Ampar melalui Sungai Kapuas, menggambarkan bagaimana sungai ini menjadi urat nadi kehidupan masyarakat sekitar.
Sungai Kapuas bukan hanya jalur transportasi utama, tetapi juga sumber mata pencaharian bagi banyak orang. Masyarakat di sembilan kecamatan di Kabupaten Kubu Raya mengandalkan transportasi air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan pokok hingga barang-barang rumah tangga.
Aktivitas bongkar muat barang di 275 pelabuhan rakyat di Kabupaten Kubu Raya menjadi pemandangan sehari-hari. Kapal-kapal kayu bermotor menjadi tulang punggung distribusi barang, menghubungkan daerah pedalaman dengan pusat perdagangan.
Menyusuri Sungai Kapuas: Distribusi Barang dan Kebutuhan Pokok
Para pemilik kapal kayu bermotor, seperti Dede Sudarko dan Salahudin Rizal Muntaha, telah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari bisnis distribusi barang melalui Sungai Kapuas. Dede, yang telah tujuh tahun bergelut di bidang ini, mendistribusikan berbagai barang dari Pelabuhan Sungai Pasar Baru ke Kecamatan Kubu dan Batu Ampar, dengan tarif yang disesuaikan jenis barang. Ia menjelaskan, "Pukul sepuluh pagi kami berangkat. Untuk tarif, kami menyesuaikan jenis barang. Misalnya semen, harganya delapan ribu rupiah per sak. Kapal kayu kami bisa menampung maksimal empat ratus sak semen sekali perjalanan," kata Dede.
Sementara Salahudin, yang sebelumnya beternak ayam, kini fokus pada perdagangan sembako. Ia menerima pesanan melalui pesan singkat dan menggunakan jasa pengiriman barang menggunakan kapal kayu bermotor dua kali sehari. Salahudin menambahkan, "Sebelumnya, saya beternak ayam selama dua puluh tahun. Sampai sekarang masih berjualan ayam sedikit, tapi fokus ke sembako," katanya.
Kenaikan permintaan barang menjelang Ramadhan dan Lebaran juga turut memengaruhi aktivitas distribusi di sungai ini. Salahudin menuturkan, "Karena sepuluh hari jelang Lebaran, kapal-kapal kayu yang biasa memuat barang dimanfaatkan khusus untuk mengangkut penumpang. Untuk mudik," jelasnya.
Tantangan Alam dan Kehidupan di Sungai Kapuas
Namun, kehidupan di sepanjang Sungai Kapuas tidak tanpa tantangan. Dede dan Wahyu Dianto, seorang pengusaha jasa pengiriman barang lainnya, sepakat bahwa cuaca dan arus sungai menjadi faktor utama yang perlu diwaspadai. Dede menuturkan, "Kalau memang situasi tidak mendukung seperti hujan terlalu deras, kami mundur demi keselamatan. Kadang angin kencang membuat motor goyang, itu kami ngeri," tuturnya.
Wahyu menambahkan pengalamannya menghadapi ombak besar yang sempat membuatnya terjebak di tengah sungai. Ia berkata, "Kalau cuaca kurang mendukung, kami istirahat di muara, cari keamanan dulu. Itu kemarin pernah (ombak besar) dua kali, kami terjebak di tengah (sungai). Mau putar balik juga enggak bisa. Terpaksa kami lajak (tetap melaju) sambil berdoa, pelan-pelan. Alhamdulillah, insya Allah sampai selamat," seloroh dia.
Kehati-hatian dan kemampuan membaca kondisi alam menjadi kunci keberhasilan dalam menjalankan bisnis distribusi barang melalui Sungai Kapuas. Pengalaman dan insting yang terasah menjadi modal utama bagi para pelaku usaha di jalur transportasi air ini.
Harapan dan Masa Depan Angkutan Sungai Kapuas
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kubu Raya, Odang Prasetyo, menegaskan pentingnya angkutan sungai bagi Kabupaten Kubu Raya. Ia mengatakan, "Angkutan sungai merupakan urat nadi angkutan di Kabupaten Kubu Raya." Angkutan sungai ini tidak hanya mendistribusikan barang, tetapi juga penumpang, menghubungkan antar kecamatan dan kabupaten di Kalimantan Barat.
Kubu Raya sebagai sentra pertanian dan perikanan, memiliki posisi strategis sebagai penyangga ibu kota provinsi. Odang menjelaskan, "Barang-barang dari Kubu Raya, baik hasil perikanan maupun pertanian, sebagian besar mensuplai Kota Pontianak." Oleh karena itu, kelancaran angkutan sungai sangat krusial bagi perekonomian daerah.
Dede dan Salahudin berharap dukungan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dede merasa senang dapat membantu warga dengan menekan biaya pengiriman, sementara Salahudin berharap adanya bantuan peralatan berat untuk memudahkan pemindahan barang, terutama peti-peti yang berat. Salahudin berharap, "Peti-peti ayam dan ikan sangat berat. Satu peti beratnya bisa 150 sampai 200 kilo. Kami masih mengangkatnya secara manual dan membutuhkan proses lama sekali. Jadi, mudah-mudahan ada mesin nanti," ujar Salahudin penuh harap.
Suara klakson kapal feri dan kapal kayu bermotor di Pelabuhan Rasau Jaya menjadi simbol kehidupan yang terus mengalir di sepanjang Sungai Kapuas, menggambarkan harapan dan kerja keras masyarakat untuk kesejahteraan di tengah tantangan alam.