Kemenag Bali Gagal Lihat Hilal di Pantai Patra Jasa, Menunggu Sidang Isbat
Kemenag Bali gagal melihat hilal di Pantai Patra Jasa, meskipun cuaca cerah, dan akan menunggu keputusan sidang isbat untuk penetapan awal Ramadhan 1446 H.

Badung, 28 Februari 2024 - Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Bali melaporkan kegagalan dalam proses rukyatul hilal atau pengamatan hilal untuk menentukan awal Ramadhan 1446 Hijriah. Pengamatan yang dilakukan di Pantai Patra Jasa Bandara I Gusti Ngurah Rai pada Jumat sore, 28 Februari 2024, tidak membuahkan hasil meskipun kondisi cuaca cerah. Kegagalan ini menimbulkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi visibilitas hilal di Bali.
Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kanwil Kemenag Provinsi Bali, Abu Siri, menjelaskan bahwa meskipun hilal telah berada pada ketinggian 3,75 derajat dengan elongasi 4,26 derajat, hilal tetap tidak terlihat. Proses pemantauan yang dilakukan selama 18 menit menggunakan dua teleskop canggih milik BMKG Denpasar dan LDII Bali, tidak berhasil mendeteksi keberadaan anak bulan.
Kegagalan ini menambah catatan panjang ketidakberhasilan rukyatul hilal di Bali untuk menentukan awal Ramadhan maupun Idul Fitri. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai strategi dan metode yang akan diterapkan di masa mendatang untuk memastikan akurasi penentuan awal bulan kamariah di wilayah Bali.
Proses Pemantauan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemantauan hilal dimulai pukul 18:40 Wita dan berakhir tanpa hasil positif. Keputusan untuk menunggu hasil sidang isbat di pusat dan informasi dari daerah lain pun diambil. Pemilihan lokasi Pantai Patra Jasa, menurut Ketua Kelompok Kerja Management Operasi Geofisika BMKG Wilayah III, Ein Nuzulul Laily, didasarkan pada keberhasilan pengamatan hilal di lokasi yang sama pada bulan Agustus 2024. Namun, perlu ditekankan bahwa pengamatan tersebut bukan untuk rukyatul hilal Ramadhan atau Syawal, dan ketinggian bulan saat itu mencapai 7 derajat.
Ein Nuzulul Laily menambahkan, "Kebetulan untuk Ramadhan atau 1 Syawal sendiri kami selama ini belum pernah dapat hilal di Bali padahal ini cuacanya sudah cerah." Pernyataan ini menyoroti tantangan yang dihadapi dalam melakukan rukyatul hilal di Bali, meskipun kondisi cuaca mendukung. BMKG Denpasar pun mempertimbangkan kemungkinan perubahan lokasi pemantauan di masa mendatang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi visibilitas hilal, seperti ketinggian hilal, elongasi, kondisi cuaca, dan polusi cahaya, perlu dikaji lebih lanjut untuk meningkatkan keberhasilan rukyatul hilal di Bali. Penggunaan teknologi canggih saja tidak menjamin keberhasilan pengamatan jika faktor-faktor alamiah dan lingkungan lainnya tidak mendukung.
Menunggu Keputusan Sidang Isbat
Dengan kegagalan rukyatul hilal di Pantai Patra Jasa, penetapan awal Ramadhan 1446 H di Bali akan bergantung pada keputusan sidang isbat yang akan dilakukan di tingkat nasional. Sidang isbat akan mempertimbangkan data hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan) dari berbagai wilayah di Indonesia untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan secara resmi.
Proses ini menekankan pentingnya koordinasi dan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk Kemenag, BMKG, dan organisasi-organisasi Islam lainnya, dalam menentukan awal bulan kamariah. Ke depan, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap metode dan strategi rukyatul hilal di Bali untuk meningkatkan akurasi dan keberhasilan pengamatan.
Meskipun teknologi canggih telah digunakan, faktor alamiah tetap menjadi penentu utama keberhasilan rukyatul hilal. Oleh karena itu, kajian lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi visibilitas hilal di Bali sangat diperlukan untuk mempersiapkan pengamatan di masa mendatang.
Kesimpulannya, kegagalan melihat hilal di Bali kali ini menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan kesiapan dan strategi dalam proses rukyatul hilal di masa mendatang. Koordinasi dan kolaborasi yang lebih baik, serta pemahaman yang lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi visibilitas hilal, sangat penting untuk memastikan akurasi penentuan awal bulan kamariah.