Kemitraan Indonesia-Inggris Dorong Transisi Energi Berkelanjutan di NTT
Program Mentari, hasil kemitraan Indonesia-Inggris, membantu NTT bertransisi ke energi rendah karbon dengan asistensi kebijakan publik dan pembangunan PLTS, serta penyusunan RUED yang inklusif.

Jakarta, 13 Maret 2024 - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapat dukungan signifikan dalam upaya transisi energi rendah karbon melalui program kemitraan bilateral Indonesia-Inggris bernama Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (Mentari). Program ini memberikan asistensi teknis dan kebijakan, membantu NTT mewujudkan akses energi bersih dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakatnya. Dukungan ini mencakup pembangunan infrastruktur energi terbarukan dan penyusunan rencana energi daerah yang komprehensif.
Program Mentari memberikan asistensi tata kelola kebijakan publik dari berbagai kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian ESDM, Dewan Energi Nasional, Bappenas, KPPPA, dan IESR. Hal ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah pusat dalam mendukung daerah mencapai target transisi energi. Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Sahid Junaidi, menegaskan komitmen pemerintah untuk menyediakan akses energi yang merata dan layak bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, termasuk di NTT.
Implementasi program Mentari di NTT telah menunjukkan hasil nyata. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Mata Redi dan Mata Woga, yang diresmikan pada 26 Agustus 2022 dan asetnya diserahkan kepada pemerintah desa pada tahun 2024, menjadi contoh keberhasilan kolaborasi pemerintah pusat dan daerah dalam menyediakan energi bersih. Program ini juga membantu penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi NTT Tahun 2025-2034, sebuah dokumen penting dalam perencanaan transisi energi di daerah.
Asistensi Kebijakan Publik dan Pembangunan PLTS
Program Mentari tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada peningkatan kapasitas dan tata kelola kebijakan publik di sektor energi. Asistensi yang diberikan mencakup penyusunan RUED yang inklusif, mempertimbangkan prinsip-prinsip gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI). Hal ini merupakan langkah penting dalam memastikan transisi energi yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat NTT.
Direktur Pembangunan Internasional Inggris untuk Indonesia, Amanda McLoughin, menekankan komitmen bersama Indonesia dan Inggris dalam mewujudkan transisi energi yang adil. RUED NTT yang dihasilkan melalui program Mentari menjadi dokumen pertama di Indonesia yang mengintegrasikan prinsip-prinsip GEDSI, menjadikannya referensi penting bagi daerah lain dalam perencanaan transisi energi yang inklusif.
Team leader program Mentari, Julio Retana, menjelaskan bahwa program ini memastikan implementasi pembangunan rendah karbon yang inklusif dan adil dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, mulai dari tingkat nasional hingga regional. Pendekatan ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi ekonomi rendah karbon Indonesia secara efektif.
Potensi Energi Terbarukan NTT dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED)
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, menyatakan komitmennya untuk menjadikan RUED sebagai peraturan daerah. Hal ini akan menjadi landasan bagi pembangunan energi yang lebih adil dan berkelanjutan di NTT. Provinsi NTT memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, diperkirakan mencapai 26.190 megawatt, dengan hampir sepertiga di antaranya berasal dari tenaga surya.
Gubernur juga menekankan bahwa kolaborasi dalam program Mentari selaras dengan agenda pembangunan daerah 'Ayo Bangun NTT' dan amanat UUD NRI 1945 Pasal 35 untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan. Program Mentari, yang dimulai sejak 2020, telah memberikan dukungan untuk transisi energi yang adil di Indonesia melalui proyek dan investasi energi terbarukan yang inklusif, berdasarkan empat pilar: kebijakan, perantara investasi, proyek demonstrasi, serta kolaborasi, peningkatan kapasitas, dan berjejaring.
Dengan dukungan program Mentari, NTT diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan, adil, dan inklusif. Program ini membuktikan bahwa kemitraan internasional dapat menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
"Kementerian ESDM akan terus mengusahakan pembangunan energi yang andal dan berkelanjutan dengan memberikan fasilitas penuh untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Sahid Junaidi. "Pemerintah juga mengapresiasi implementasi program Mentari melalui proyek demonstrasi yang telah berhasil membangun PLTS di Mata Redi dan Mata Woga," tambahnya.