Kukar Ajak Warga Tingkatkan SDM, Maknai Peristiwa Merah Putih Sangasanga
Pemerintah Kutai Kartanegara mengajak masyarakatnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai bentuk refleksi atas Peristiwa Merah Putih Sangasanga dan upaya mencegah penjajahan modern.
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur - Peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, tak hanya sekadar mengenang sejarah. Pemkab Kukar memanfaatkan momentum ini, yang berlangsung dari 25 Januari hingga 1 Februari 2025, untuk mengajak seluruh warga, khususnya generasi muda, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini disampaikan langsung oleh Asisten I Setkab Kukar, Akhmad Taufik Hidayat, di Sangasanga, Senin lalu.
Menurut Taufik, peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga menjadi momentum penting untuk mendorong peningkatan SDM di berbagai sektor. "Penjajahan zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang," jelasnya. "Dulu, para pejuang mengangkat senjata. Kini, ancaman datang dari teknologi, ekonomi, dan budaya." Oleh karena itu, peningkatan SDM menjadi kunci ketahanan nasional di era modern.
Peningkatan kualitas SDM ini sangatlah penting. Generasi muda perlu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan global. Mereka harus memiliki kemampuan dan keahlian yang mumpuni di berbagai bidang, sesuai bakat dan minat masing-masing. Baik itu di bidang teknologi, ekonomi, atau lainnya, penguasaan keahlian yang mendalam sangat krusial.
Taufik juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur atas dukungannya terhadap peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga, yang telah menjadi agenda tahunan. Ia juga berterima kasih kepada Camat Sangasanga dan masyarakat setempat atas partisipasinya, termasuk para pelaku UMKM yang turut meramaikan acara.
Peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga merupakan upaya untuk mengenang perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan Sangasanga dari penjajahan Belanda. Peristiwa bersejarah ini bermula ketika tentara Belanda (NICA) menguasai Sangasanga pada tahun 1945, karena kekayaan minyak bumi di daerah tersebut.
Rakyat Sangasanga, bersama para pejuang dari Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI), kemudian melakukan perlawanan. Puncaknya pada 26 Januari 1947, mereka melakukan strategi cerdik. Di tengah keramaian kesenian, para pejuang membagikan senjata dan amunisi untuk merebut kekuasaan. Pada dini hari 27 Januari, perjuangan berhasil, dan Sangasanga kembali ke tangan pejuang Indonesia.
Suksesnya perebutan Sangasanga ditandai dengan penurunan bendera Belanda dan pengibaran bendera merah putih oleh La Hasan. Bendera Belanda yang semula berwana merah, putih, dan biru, dirobek warna birunya, menyisakan warna merah putih yang melambangkan semangat perjuangan dan kemerdekaan.
Dengan demikian, peringatan Peristiwa Merah Putih Sangasanga bukan sekadar seremonial, melainkan momentum untuk meningkatkan kualitas SDM guna menghadapi tantangan masa depan dan menjaga ketahanan nasional. Semoga semangat juang para pahlawan Sangasanga terus menginspirasi generasi penerus.