Lakon Wisanggeni: Refleksi Kebatinan PDIP dan Nilai-nilai Kepemimpinan
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menjelaskan bahwa pagelaran wayang 'Wisanggeni Lahir' merefleksikan perjalanan dan nilai-nilai kebatinan partai, khususnya terkait keadilan, kesetiaan, dan pentingnya introspeksi diri.
Pagelaran wayang kulit dengan lakon 'Wisanggeni Lahir' yang digelar PDI Perjuangan pada Jumat malam, 17 Januari 2024 di halaman Masjid At-Taufiq, Jakarta Selatan, ternyata menyimpan makna mendalam bagi partai berlambang banteng moncong putih tersebut. Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menyatakan bahwa lakon ini menggambarkan suasana kebatinan partai.
Menurut Hasto, kisah Wisanggeni, anak Arjuna dan Batara Dresanala yang dibuang ke kawah Candradimuka namun tumbuh menjadi ksatria sakti, merepresentasikan perjalanan PDIP. Ia menekankan bahwa partai tersebut lahir dan berkembang di tengah gejolak sejarah, mirip dengan Wisanggeni yang lahir dalam situasi penuh tantangan.
Kisah ini juga menyoroti tokoh Batara Narada yang berani memperjuangkan kebenaran meskipun menghadapi tekanan kekuasaan. Hasto menjelaskan, "'Cerita Lahirnya Wisanggeni; Wisanggeni itu artinya racun api; dia menggambarkan seluruh suasana kebatinan PDI Perjuangan. Kita lahir bukan di tengah kasur empuk, tapi di tengah gemblengan sejarah'," kata Hasto.
Hasto Kristiyanto menarik beberapa pesan penting dari lakon tersebut. Pertama, kisah Wisanggeni menggambarkan bahwa keadilan akan selalu menemukan jalannya, sekalipun ketidakadilan tampak mendominasi. Seperti dalam lakon, persatuan Arjuna, Dresanala, dan Wisanggeni di akhir cerita melambangkan tegaknya keadilan.
Kedua, kisah Batara Narada mengajarkan tentang pentingnya kesetiaan pada kebenaran dan prinsip moral, meski harus mengorbankan posisi dan kekuasaan. Hasto berharap kader PDIP dapat meneladani sikap tersebut. Ketiga, lakon ini juga mengingatkan akan pentingnya introspeksi diri dan otokritik untuk memperbaiki kelemahan organisasi, khususnya dalam konteks perayaan HUT ke-52 PDIP.
Pesan keempat yang disampaikan Hasto adalah semangat pantang menyerah. Seperti Wisanggeni yang justru tumbuh lebih kuat setelah dibuang ke kawah Candradimuka, PDI Perjuangan diharapkan mampu menjadikan setiap tantangan sebagai energi untuk semakin kuat dan bermanfaat bagi bangsa. Acara wayang semalam suntuk ini sendiri dipandu oleh Ki Amar Pradopo Warseno Slank dan Ki Sri Susilo Thengkleng, dengan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mengikuti secara daring.
Hadir pula dalam acara tersebut Wasekjen PDIP Yoseph Aryo Adhi Dharmo, Wabendum PDIP Yuke Yurike, dan politikus PDIP Muhammad Guntur Romli. Hasto menegaskan, melalui lakon ini, PDIP berharap dapat terus menyerap nilai-nilai luhur dan berkontribusi bagi Indonesia. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-52 PDIP.