Lebaran di Bandung Tempo Doeloe: Mudik hingga Petasan, Seperti Apa Ya?
Menjelang Lebaran 2025, mari kita tengok kembali suasana Hari Raya Idul Fitri di Bandung pada masa Hindia Belanda, dari tradisi mudik hingga kemeriahan yang tak kalah meriah.

Bagaimana ya suasana Lebaran di Bandung pada masa lampau? Jauh sebelum kemacetan lalu lintas menjadi pemandangan umum saat mudik Lebaran, suasana Hari Raya Idul Fitri di Bandung pada zaman Hindia Belanda ternyata menyimpan cerita unik dan menarik. Dari tradisi mudik yang ramai hingga perayaan yang diwarnai ledakan petasan, Lebaran di Bandung tempo dulu menawarkan kilasan sejarah yang penuh warna.
Berbagai sumber berita dari koran-koran terbitan Hindia Belanda, seperti Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië dan De Locomotief, mengungkapkan gambaran kehidupan masyarakat Bandung saat merayakan Lebaran. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah tradisi mudik yang sudah ada sejak masa itu. Bahkan, perusahaan kereta api kala itu harus menyiapkan gerbong tambahan untuk memenuhi tingginya permintaan penumpang yang ingin pulang kampung.
Tidak hanya soal transportasi, berbagai aktivitas khas Lebaran juga tergambar dalam catatan-catatan sejarah tersebut. Kemeriahan Lebaran di Bandung juga diwarnai dengan tradisi menyalakan petasan, meskipun hal ini juga berisiko, seperti yang dialami Mad Kasim, seorang pembuat petasan yang terluka akibat ledakan produk buatannya sendiri di Cibeunying, Bandung.
Mudik Lebaran di Zaman Hindia Belanda
Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 21 November 1938 memberitakan kesibukan perusahaan kereta api yang menyiapkan kereta tambahan dari Madiun menuju Bandung untuk para staf pribumi. Kereta tambahan ini juga melayani rute ke Yogyakarta dan Batavia, mengingat tingginya jumlah penumpang yang ingin merayakan Lebaran di kampung halaman.
Bayangkan, perjalanan mudik saat itu membutuhkan waktu berjam-jam, bahkan belasan jam, untuk menempuh jarak ratusan hingga ribuan kilometer. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk berkumpul bersama keluarga tercinta di hari Lebaran.
Fenomena mudik Lebaran ini menunjukkan bahwa tradisi pulang kampung telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Indonesia, bahkan sejak zaman Hindia Belanda.
Kemeriahan Lebaran di Bandung: Petasan dan Kunjungan ke Kebun Binatang
Selain tradisi mudik, suasana Lebaran di Bandung juga diwarnai dengan kemeriahan lainnya. Salah satunya adalah tradisi menyalakan petasan, meskipun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas ini juga berpotensi menimbulkan bahaya.
Di sisi lain, warga Bandung juga menghabiskan waktu liburan Lebaran dengan mengunjungi tempat wisata, seperti kebun binatang (derenten) yang kini dikenal sebagai Taman Zoologi Bandung atau Bandung Zoo. Berdasarkan catatan koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 11 Januari 1935, ribuan orang, baik pribumi maupun Eropa, mengunjungi kebun binatang tersebut pada awal Januari 1935.
Kunjungan ke kebun binatang ini menunjukkan bahwa aktivitas wisata juga menjadi bagian dari perayaan Lebaran di Bandung pada masa itu. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi menghabiskan waktu liburan dengan keluarga dan kerabat juga telah berlangsung lama.
Upacara dan Tradisi di Hari Raya
Koran De Sumatera Post edisi 28 Mei 1923 menggambarkan suasana khidmat dan meriah di Masjid Bandung pada pagi hari Lebaran. Ribuan orang berkumpul untuk melaksanakan salat Idul Fitri dan mendengarkan pidato dari kepala penghulu dan pimpinan pemerintahan Bandung. Setelah salat, masyarakat mengunjungi kediaman pimpinan pemerintahan untuk memberikan ucapan selamat.
Tradisi ini menunjukkan adanya perpaduan antara pelaksanaan ibadah dan keakraban sosial dalam perayaan Lebaran di Bandung. Upacara adat dan kunjungan ke pejabat pemerintahan juga menjadi bagian dari perayaan tersebut, menggambarkan hirarki sosial yang ada pada masa itu.
Catatan ini menggambarkan bahwa Lebaran di Bandung pada masa itu merupakan perpaduan antara kegiatan keagamaan, tradisi lokal, dan aktivitas sosial yang meriah.
Dari berbagai catatan sejarah tersebut, terlihat bahwa kemeriahan Lebaran di Bandung pada zaman dahulu memiliki kesamaan dengan suasana Lebaran di masa kini. Tradisi mudik, mengunjungi tempat wisata, dan berkumpul bersama keluarga tetap menjadi bagian penting dari perayaan Idul Fitri.