Kisah Unik Mudik 2025: Sapu Koin di Jembatan Sewo hingga Mudik Naik Bajaj
Tradisi unik 'sapu koin' di Jembatan Sewo Indramayu dan beragam kisah menarik lainnya mewarnai arus mudik Lebaran 2025 di jalur Pantura, Cirebon.

Mudik Lebaran 2025 di jalur Pantura Cirebon diwarnai beragam kisah unik. Sejak H-10 Lebaran, jalur utama ini dipadati pemudik yang memanfaatkan berbagai moda transportasi. Dari pemandangan anak-anak tertidur di pelukan ibu di halte darurat hingga pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, suasana khas mudik begitu terasa. Beragam tradisi dan cara mudik yang tak biasa pun turut mewarnai perjalanan pulang para perantau ini.
Salah satu tradisi unik yang masih bertahan hingga kini adalah fenomena 'sapu koin' di Jembatan Sewo, Indramayu. Warga setempat, berbekal sapu lidi, mengumpulkan koin yang dilempar pemudik yang percaya hal tersebut dapat membawa keselamatan selama perjalanan. Tradisi ini diyakini berkaitan dengan mitos arwah kakak beradik Saedah-Saeni, penari ronggeng yang konon berubah menjadi buaya dan bersemayam di sungai di bawah jembatan. Meskipun ada imbauan dari pihak kepolisian agar kebiasaan ini dihentikan, tradisi ini tetap berlangsung.
Selain tradisi unik tersebut, kebijakan penutupan titik putar balik di jalur Pantura mendorong warga setempat untuk membangun jembatan darurat dari bambu dan kayu di kolong jembatan. Jembatan darurat ini menjadi akses alternatif bagi pemudik, yang meskipun berisiko, dinilai lebih efisien dalam memangkas waktu perjalanan. Warga yang menjaga jembatan darurat tersebut menerima sumbangan seikhlasnya dari para pengguna jalan.
Tradisi Sapu Koin di Jembatan Sewo
Tradisi 'sapu koin' di Jembatan Sewo Indramayu telah berlangsung lama dan menjadi bagian tak terpisahkan dari arus mudik Lebaran. Tursini, seorang warga yang sudah bertahun-tahun melakukan tradisi ini, mengatakan bahwa pendapatannya dari mengumpulkan koin tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, meskipun jumlahnya kini berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Dulu bisa sampai Rp50.000 sehari (hasil dari sapu koin), sekarang paling Rp20.000 sampai Rp25.000," ujar Tursini.
Pihak kepolisian telah berupaya mengedukasi warga tentang bahaya aktivitas ini, namun imbauan tersebut belum sepenuhnya diindahkan. Keberadaan para penyapu koin di Jembatan Sewo tetap menjadi bagian dari tradisi unik mudik Lebaran di jalur Pantura.
Meskipun ada potensi bahaya, tradisi ini tetap menarik perhatian dan menjadi bagian dari cerita mudik tahunan di Indramayu. Mitos yang melekat pada jembatan tersebut memperkuat keyakinan masyarakat akan keberuntungan dan keselamatan saat melempar koin.
Jembatan Darurat Alternatif Jalur Mudik
Penutupan titik putar balik di jalur Pantura mendorong kreativitas warga sekitar untuk membangun jembatan darurat. Jembatan yang terbuat dari bambu dan papan kayu ini menjadi akses alternatif bagi pemudik sepeda motor yang ingin menghindari putaran jauh. Pembangunan jalur ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat, dan mereka menerima sumbangan seikhlasnya dari para pengguna jalan.
Yana Suryana, warga setempat, menjelaskan bahwa dalam sehari mereka dapat mengumpulkan sumbangan hingga Rp2 juta. Jalur darurat ini rencananya akan beroperasi hingga arus balik selesai. Meskipun kondisinya cukup berisiko, sebagian pemudik menilai jalur ini efektif memangkas waktu perjalanan.
Inisiatif warga ini menunjukkan bagaimana masyarakat turut berperan aktif dalam mengatasi permasalahan selama arus mudik. Meskipun bersifat sementara, jembatan darurat ini menjadi solusi alternatif yang cukup efektif bagi para pemudik sepeda motor.
Mudik Nelayan dan Transportasi Unik
Fenomena mudik tidak hanya terjadi di jalur darat, tetapi juga di laut. Di Pelabuhan Karangsong, Indramayu, ratusan kapal nelayan kembali dari perairan Papua, Kalimantan, dan Sulawesi untuk merayakan Lebaran bersama keluarga. Kepulangan nelayan ini merupakan tradisi tahunan yang juga bertepatan dengan persiapan acara nadran atau pesta laut.
Selain itu, beberapa pemudik memilih moda transportasi yang unik. Akbar, pemudik asal Jakarta, memilih menggunakan bajaj untuk perjalanan ke Tegal, sementara Toni menggunakan bajaj untuk mudik ke Brebes. Syarifuddin, pemudik lainnya, memilih menggunakan sepeda motor listrik dari Indramayu ke Tulungagung. Ketiga pemudik ini menunjukkan bahwa semangat mudik dapat diwujudkan dengan berbagai cara dan moda transportasi, meskipun terkadang tidak konvensional.
Penggunaan sepeda motor listrik oleh Syarifuddin juga menunjukkan tren baru dalam mudik, yaitu penggunaan kendaraan ramah lingkungan. Meskipun tantangan ketersediaan SPKLU masih ada, ia merasa bangga berkontribusi mengurangi emisi gas buang.
Keselamatan di Jalur Pantura
Selama periode mudik Lebaran 2025 (24-29 Maret), jumlah kendaraan yang melintas di Jalur Pantura Cirebon mencapai 806.111 unit. Dengan meningkatnya volume kendaraan, keselamatan menjadi prioritas utama. Kepala Polresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni, mengimbau pemudik untuk mematuhi aturan lalu lintas, menjaga kondisi kendaraan, dan beristirahat secara berkala untuk menghindari kecelakaan akibat kelelahan.
Fasilitas rest area telah disediakan untuk memastikan pemudik memiliki tempat istirahat yang layak. Penggunaan helm standar, sabuk pengaman, dan batasan kecepatan yang wajar juga ditekankan sebagai upaya untuk menjaga keselamatan berkendara. Mudik Lebaran 2025 di jalur Pantura Cirebon menjadi perpaduan antara tradisi unik, kreativitas warga, dan semangat pulang kampung yang kuat.
Mudik, sebuah perjalanan pulang yang sarat makna, kembali memperlihatkan beragam cerita unik dan inspiratif dari para perantau yang merayakan Lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Dari tradisi turun-temurun hingga inovasi dalam transportasi, mudik selalu menawarkan pengalaman yang tak terlupakan.