Mahasiswa UI Berbagi di NTT: Tantangan dan Harapan di Desa Terpencil
Mahasiswa vokasi UI mengatasi kendala akses dan infrastruktur di NTT untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui program pengabdian masyarakat.

Mahasiswa Hubungan Masyarakat Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI), Sirhan Muhammad Dehya Alqolbi, bersama 31 relawan lainnya, telah menyelesaikan program pengabdian masyarakat di Dusun Ntaur, Desa Nuca Molas, Pulau Mules, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 5-12 Januari 2025. Program ini, bagian dari Projek Indonesia #2 yang diselenggarakan Global Youth Ambassador, fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa yang menghadapi tantangan akses pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Mereka berupaya memberikan dampak langsung melalui kegiatan pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan pariwisata.
Sirhan, yang fokus pada bidang pendidikan, menemukan kondisi memprihatinkan di Nuca Molas. Hanya terdapat satu sekolah dasar dan dua sekolah menengah pertama di pulau kecil tersebut. Siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi harus menyeberang dan tinggal di pulau utama, sebuah tantangan besar bagi mereka. "Kami berupaya mengajak para siswa SD dan SMP untuk belajar berbagai macam hal, baik ilmu eksak maupun hard skill dan soft skill," ujar Sirhan menjelaskan kegiatan mereka. Tantangan lain muncul dari keterbatasan akses jaringan telepon dan internet, yang menghambat komunikasi dan koordinasi.
Selain tantangan infrastruktur, tim juga menghadapi kendala dalam mengajak anak-anak SD berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Namun, kendala-kendala ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Nuca Molas. Mereka juga menemukan masalah kesehatan gigi pada beberapa anak, sehingga tim melakukan sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta membagikan peralatan kebersihan gigi. Di bidang lingkungan, tim membersihkan sampah di pesisir pantai yang terbawa arus dari pulau utama. Potensi pariwisata di desa yang memiliki kekayaan alam indah juga menjadi perhatian tim, yang berkoordinasi dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat.
Mengatasi Tantangan di Pulau Terpencil
Keterbatasan akses di Desa Nuca Molas menjadi tantangan utama bagi tim relawan. Akses internet dan telepon yang terbatas menyulitkan komunikasi dan koordinasi program. "Kendala komunikasi yang terjadi karena desa tersebut memiliki akses jaringan telepon dan internet yang terbatas," ungkap Sirhan. Selain itu, mengajak anak-anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan juga membutuhkan pendekatan khusus. Tim harus kreatif dan sabar dalam berinteraksi dengan anak-anak yang mungkin belum terbiasa dengan program-program seperti ini. Meskipun demikian, semangat relawan tetap menyala, didorong oleh keinginan untuk berbagi dan berkontribusi bagi masyarakat.
Tim relawan membagi diri menjadi empat kelompok sesuai bidang fokus: pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan pariwisata. Sirhan dan tim pendidikan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan aksesnya bagi anak-anak di Nuca Molas. Mereka memberikan pembelajaran tambahan dan berusaha memotivasi anak-anak untuk terus belajar, meskipun menghadapi kendala infrastruktur. Sementara itu, kelompok kesehatan memberikan edukasi PHBS, khususnya mengenai kesehatan gigi. Kelompok lingkungan fokus pada pembersihan sampah di pesisir pantai, sementara kelompok pariwisata berkoordinasi dengan pokdarwis untuk mengembangkan potensi pariwisata lokal.
Pengalaman ini juga menjadi kesempatan bagi Sirhan untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di kampus. "Sejak persiapan, saya mengimplementasikan mata kuliah stakeholder relations terhadap program kerja yang akan dilakukan. Selain itu, kerangka kerja yang dibuat berdasarkan prinsip SWOT, PESO, dan SMART, juga membantu saya dan tim saat di lapangan," jelas Sirhan. Penggunaan prinsip-prinsip manajemen proyek ini menunjukkan keseriusan dan profesionalisme tim relawan dalam menjalankan program pengabdian masyarakat.
Selain itu, mereka juga berkoordinasi dengan guru dan perwakilan pokdarwis untuk memastikan program yang mereka laksanakan selaras dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Kerja sama ini penting untuk menjamin keberlanjutan program dan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat Nuca Molas.
Pelajaran Berharga dari Pengabdian di NTT
Pengalaman menjadi relawan di NTT memberikan pelajaran berharga bagi Sirhan dan tim. Mereka belajar tentang pentingnya kesabaran, kreativitas, dan kerja sama dalam menghadapi tantangan di daerah terpencil. Mereka juga menyadari betapa besarnya kebutuhan masyarakat di daerah tersebut akan akses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang memadai. Pengalaman ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat Nuca Molas, tetapi juga membentuk karakter dan memperkaya pengalaman para relawan.
Program pengabdian masyarakat ini menunjukkan komitmen mahasiswa UI dalam berkontribusi bagi masyarakat, khususnya di daerah yang membutuhkan. Mereka tidak hanya memberikan bantuan materiil, tetapi juga berbagi pengetahuan dan keterampilan untuk memberdayakan masyarakat. Semoga kegiatan ini dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk turut serta dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan berkontribusi dalam pembangunan Indonesia.
Keberhasilan program ini juga bergantung pada dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat setempat. Kerja sama yang baik antar berbagai pihak sangat penting untuk menciptakan dampak yang lebih besar dan berkelanjutan bagi masyarakat Nuca Molas dan daerah terpencil lainnya di Indonesia.