Mendikbudristek Dorong SMK Terapkan Kurikulum Adaptif, Ikuti Dinamika Pasar
Menjawab tantangan pasar kerja yang dinamis, Mendikbudristek mendorong SMK untuk menerapkan kurikulum adaptif dan berorientasi pasar, guna mencetak lulusan siap kerja dan berwirausaha.

Jakarta, 28 April 2024 - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Abdul Mu'ti, menekankan pentingnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk menerapkan kurikulum yang adaptif dan responsif terhadap perubahan kebutuhan pasar. Hal ini disampaikan dalam Peluncuran Program Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas Tahun 2025 di Jakarta. Pernyataan ini muncul sebagai respons atas tantangan besar yang dihadapi SMK dalam mencetak lulusan yang siap kerja di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen.
Mu'ti menjelaskan bahwa SMK memiliki peran krusial dalam menyiapkan generasi muda untuk memasuki dunia kerja atau berwirausaha. Oleh karena itu, kurikulum SMK harus mampu mengikuti dinamika pasar yang terus berubah. "Bagaimana market (pasar) itu berubah juga harus diimbangi dengan bagaimana kurikulum kita juga memiliki kurikulum yang adaptif," tegas Mu'ti.
Lebih lanjut, Mendikbudristek menyatakan bahwa kurikulum SMK tidak boleh statis. Kurikulum yang kaku dan tidak mengikuti perkembangan zaman justru akan menghasilkan lulusan yang tidak relevan dengan kebutuhan industri. Kurikulum yang adaptif, menurutnya, adalah kunci keberhasilan SMK dalam mencetak lulusan yang kompeten dan siap bersaing.
Kurikulum Adaptif: Jawab Tantangan Disrupsi Digital
Kurikulum adaptif di SMK menjadi semakin penting mengingat pesatnya perkembangan teknologi digital dan disrupsi yang terjadi di berbagai sektor, termasuk pemasaran. Mu'ti menekankan pentingnya SMK untuk tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga praktik yang relevan dengan perkembangan terkini. "Kurikulum SMK ini kan bisa buka-tutup. Tidak boleh ada kurikulum yang abadi, yang itu saja. Karena apa? Pasar itu berubah sangat cepat," ujarnya.
Program Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas Tahun 2025 diluncurkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan marketing siswa SMK. Program ini tidak hanya berfokus pada materi dan teori, tetapi juga pada pemahaman perubahan perilaku konsumen. "Dengan mungkin studi-studi dasar mengenai social behavior ya, perubahan perilaku masyarakat. Karena masyarakat sekarang itu kan ingin semuanya naik kelas gitu, sehingga tidak meragukan," tambah Mu'ti.
Kemendikbudristek berharap program ini dapat membantu siswa SMK untuk lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif. Siswa tidak hanya diharapkan mampu menjual produk, tetapi juga memahami strategi pemasaran yang efektif dan responsif terhadap perubahan tren pasar.
SMK sebagai Solusi Pengangguran
Mendikbudristek berharap melalui kurikulum adaptif dan program-program inovatif seperti Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas, SMK dapat berkontribusi dalam mengurangi angka pengangguran. Dengan mencetak lulusan yang terampil dan siap kerja, SMK diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia.
Mu'ti menegaskan komitmen Kemendikbudristek untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman. "Kita jawab itu dengan inovasi, yang dengan itu bisa menjelaskan here we are already changing, ini loh kita sudah berubah. Here we have the answer, ini kita punya jawaban," tutup Mu'ti.
Dengan demikian, penerapan kurikulum adaptif di SMK bukan hanya sekadar mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk menciptakan lulusan yang berkualitas dan mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa.