Misa Requiem di Makassar Doakan Paus Fransiskus, Warisan Perdamaian dan Keadilan Diharapkan Berlanjut
Gereja Katedral Makassar menggelar Misa Requiem untuk mendoakan Paus Fransiskus, berharap warisan perdamaian dan keadilannya terus dijalankan.

Umat Katolik di Makassar, Sulawesi Selatan, menggelar Misa Requiem untuk mendoakan Paus Fransiskus yang telah wafat. Misa yang dihadiri sekitar seratus jemaat ini diselenggarakan di Gereja Katedral Jalan Kajaolalido pada 23 April. Uskup Fransiskus Nipa memimpin misa tersebut dan menyampaikan bahwa ibadah serupa juga dilakukan di berbagai paroki lainnya di Keuskupan Agung Makassar, dan bahkan di keuskupan lain di Indonesia.
Ibadah Requiem ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, tentu saja untuk mendoakan keselamatan arwah Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik yang begitu dikagumi dan dihormati. "Begitu juga dengan keuskupan lain di sana, juga ada Misa Requiem untuk maksud yang sama (mendoakan), hanya saja disesuaikan dengan kondisi yang ada. Tapi intinya, untuk keselamatan Bapak Suci Paus Fransiskus," ungkap Uskup Fransiskus Nipa.
Tujuan kedua adalah untuk mendoakan kelanjutan warisan rohani Paus Fransiskus bagi Gereja. Uskup menekankan pentingnya meneruskan perjuangan Paus dalam berbagai bidang, terutama dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Hal ini menjadi fokus doa dan refleksi bagi umat Katolik di Makassar.
Mendoakan Paus dan Meneruskan Warisannya
Uskup Fransiskus Nipa menjelaskan bahwa Misa Requiem bukan hanya sekadar doa, tetapi juga momen refleksi atas warisan Paus Fransiskus. Beliau menyampaikan bahwa belum diketahui secara pasti kapan proses pemakaman Paus Fransiskus akan berlangsung, dan masih menunggu informasi lebih lanjut dari Vatikan. Terkait pengganti Paus, Uskup juga menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada kabar resmi.
Lebih lanjut, Uskup mengajak seluruh umat Katolik untuk terus memanjatkan doa bagi pemilihan Paus baru. "Kita doakan pemilihan Paus yang baru, kita mohon bimbingan Tuhan dengan roh kudus, supaya ujung dari pada itu terpilih Paus baru yang tentu saja diharapkan dapat melanjutkan semangat dari Paus Fransiskus ini. Tentu saja sesuai dengan kehendak Tuhan, apa yang dikehendaki Tuhan untuk manusia," tuturnya.
Masa berkabung ditetapkan selama sembilan hari sejak wafatnya Paus. Selama periode ini, Gereja Katedral Makassar melaksanakan doa bersama setiap hari, difasilitasi oleh Legion Maria dan kelompok kategorial doa lainnya. Doa-doa ini difokuskan pada Bunda Maria sebagai perantara.
Warisan Paus Fransiskus: Perdamaian, Keadilan, dan Lingkungan Hidup
Paus Fransiskus meninggalkan warisan yang begitu berharga bagi umat manusia, terutama dalam hal perjuangan untuk nilai-nilai kemanusiaan. Uskup menekankan pentingnya meneladani komitmen Paus terhadap perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan, khususnya bagi mereka yang lemah dan terpinggirkan.
"Selalu yang jadi korban, ini saudari-saudari kita yang miskin, terpinggirkan. Ini untuk ke depan karena sumber daya mereka lemah, maka diharapkan diajak supaya kita lebih memprioritaskan pelayanan kita untuk mereka. Inilah salah satu warisan rohani yang diberikan dari bapak suci kita," jelas Uskup.
Selain itu, kepedulian Paus Fransiskus terhadap lingkungan hidup juga menjadi warisan berharga yang perlu diteruskan. Uskup mengajak umat untuk bersama-sama menjaga bumi sebagai rumah bersama, dengan memperhatikan tiga unsur penting: tanah, air, dan udara. "Kalau tidak diperhatikan itu, ujung-ujungnya manusia menderita," tegasnya.
Misa Requiem di Gereja Katedral Makassar menjadi bukti nyata penghormatan dan kecintaan umat Katolik terhadap Paus Fransiskus. Lebih dari sekadar doa, misa ini juga menjadi momentum untuk merefleksikan warisan Paus dan berkomitmen untuk meneruskan perjuangannya dalam membangun perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.