Moderasi Beragama: Kunci Redam Ekstremisme dan Wujudkan Perdamaian, Kata Permabudhi
Ketua Umum Permabudhi, Philip Kuntjoro Widjaja, menekankan pentingnya moderasi beragama untuk meredam ideologi ekstrem dan membangun perdamaian dunia, terutama dalam konteks Hari Raya Waisak 2025.

Jakarta, 7 Mei 2024 (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Philip Kuntjoro Widjaja, menegaskan pentingnya moderasi beragama dalam menciptakan perdamaian dan meredam pengaruh ideologi ekstrem di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan dalam konteks Hari Raya Waisak 2025 yang mengangkat tema 'Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia'. Pernyataan tersebut disampaikan pada Rabu di Jakarta.
Menurut Philip, moderasi antaragama merupakan kunci utama untuk membangun harmoni sosial. Kebijaksanaan, toleransi, dan introspeksi diri menjadi elemen penting dalam pendekatan ini. Ia menekankan bahwa perdamaian bukan sekadar menghindari konflik, tetapi juga membangun kesadaran bersama untuk hidup berdampingan dengan saling menghormati.
Lebih lanjut, Philip menjelaskan makna tema Hari Raya Waisak 2025. Tema tersebut, menurutnya, memiliki makna mendalam, baik secara spiritual maupun sosial, khususnya bagi umat Buddha dan masyarakat Indonesia yang majemuk. Pengendalian diri, analogi mengemudi kendaraan, diibaratkan sebagai kemampuan untuk mengontrol diri dalam berbagai situasi kehidupan, "Jadi tidak hanya ngerem saja, tapi kita juga harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi untuk bisa mengendalikan diri," jelasnya.
Moderasi Beragama: Benteng Terhadap Ekstremisme
Philip Kuntjoro Widjaja menekankan pentingnya peran generasi muda dalam mewujudkan perdamaian dunia melalui kolaborasi dan pengamalan nilai-nilai moderasi beragama. Moderasi beragama, menurutnya, adalah sikap yang berada di tengah, tidak condong ke kanan atau ke kiri, dan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan bangsa. Hal ini penting untuk mencegah penyebaran ideologi ekstrem yang mengancam kerukunan.
Ia mencontohkan sejarah agama Buddha di Indonesia, khususnya pada masa kejayaan Majapahit. Meskipun pernah menjadi agama mayoritas, umat Buddha tetap menjunjung tinggi toleransi dan tidak bersikap eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa agama pada hakikatnya mengajarkan kebaikan dan nilai-nilai kemanusiaan.
Permabudhi mendorong dialog antaragama sebagai upaya untuk saling memahami dan menghargai perbedaan. "Yang terpenting bukan agamanya, tetapi bagaimana kita mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang ada dalam agama tersebut, sehingga kita bisa hidup berdampingan," tegas Philip. Dengan demikian, moderasi beragama menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan damai bagi semua.
Waisak 2025: Refleksi Spiritual dan Komitmen Perdamaian
Hari Raya Waisak bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga momentum refleksi dan internalisasi nilai-nilai spiritual menuju pencerahan. Umat Buddha diajak untuk merenungkan tiga peristiwa suci yang dialami Sidharta Gautama dalam perjalanan menuju pencerahan, yaitu kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha. Ketiga peristiwa ini menjadi inspirasi untuk membangun kedamaian antar makhluk hidup.
Melalui tema Waisak 2025, Permabudhi mengajak umat Buddha dan seluruh masyarakat Indonesia untuk meningkatkan pengendalian diri dan kebijaksanaan. Hal ini penting untuk membangun perdamaian dunia yang lebih baik, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Pengendalian diri dan kebijaksanaan menjadi kunci untuk menghadapi perbedaan dan membangun hubungan yang harmonis.
Perayaan Waisak diharapkan dapat menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan kerja sama dalam menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, diharapkan Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia dalam mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan.
Permabudhi juga menekankan pentingnya peran aktif generasi muda dalam menjaga perdamaian. Mereka diharapkan menjadi agen perubahan yang aktif dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama dan membangun jembatan komunikasi antarumat beragama.
Kesimpulan
Moderasi beragama menjadi kunci utama dalam menciptakan perdamaian dan meredam pengaruh ideologi ekstrem. Hal ini sejalan dengan tema Hari Raya Waisak 2025 yang menekankan pentingnya pengendalian diri dan kebijaksanaan. Dengan mengamalkan nilai-nilai kebaikan dan toleransi, diharapkan Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia dalam mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan.