Pancasila: Perekat Kebhinekaan Bangsa Indonesia, Ungkap Ketua MPR
Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, menekankan peran penting Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia di tengah keberagaman suku, agama, ras, dan budaya.

Jakarta, 30 April 2024 - Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, menyoroti momen bersejarah ketika para pendiri bangsa Indonesia sepakat menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Beliau menonjolkan semangat kebersamaan dan pengorbanan yang luar biasa dalam mencapai tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses tersebut, menurut Muzani, tidaklah mudah dan melibatkan perdebatan panjang mengenai ideologi dan dasar negara yang tepat bagi Indonesia.
Dalam sambutannya di Gedung Nusantara V, Komplek Parlemen Senayan, Selasa lalu, saat menerima kunjungan para pendidik dan ratusan siswa SMA Taruna Nusantara Magelang, Muzani menjelaskan, "Setelah Indonesia merdeka, terjadi perdebatan di antara para pendiri bangsa tentang apa yang menjadi ideologi dan dasar negara. Perdebatan tersebut memunculkan banyak gagasan seperti sekuler, Islam dan lainnya."
Muzani menambahkan bahwa para pendiri bangsa akhirnya menyadari pentingnya sebuah pemersatu di tengah keberagaman suku, agama, ras, dan bahasa yang ada di Indonesia. Keputusan untuk menetapkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara merupakan hasil dari perdebatan dan pertimbangan yang matang. "Dalam perjalanannya ketemulah pada satu titik yakni Pancasila yang kemudian disepakati bersama sebagai ideologi dan dasar negara," tegasnya.
Pancasila: Pilar Kebersatuan Indonesia
Muzani lebih lanjut menjelaskan kekuatan Pancasila sebagai perekat bangsa Indonesia. Keberadaan Indonesia hingga saat ini, menurutnya, merupakan bukti nyata kekuatan Pancasila dalam menjaga persatuan dan kesatuan, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah. Berbeda dengan negara lain yang terpecah belah, Indonesia tetap teguh berdiri berkat Pancasila.
Ketua MPR tersebut juga menyinggung bagaimana para pendiri bangsa menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap persatuan, salah satunya dengan kesepakatan untuk menggunakan bahasa Melayu yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan para pendiri bangsa dalam merangkul perbedaan.
Muzani menekankan, "Mereka yang suku Jawa, Sunda dan lainnya tidak lantas memaksakan harus bahasa daerahnya yang dipakai sebagai bahasa nasional. Karena mereka paham dalam bangsa yang sangat beragam ini, diperlukan persatuan sebagai sebuah kekuatan. Rasa bersatu dalam keberagaman itulah yang kemudian memunculkan kebhinnekaan. Keteladanan seperti inilah yang harus diresapi, diambil dan ditiru oleh generasi muda bangsa."
Kunjungan Siswa SMA Taruna Nusantara
Kunjungan siswa SMA Taruna Nusantara ke Gedung MPR RI juga mendapat perhatian. Aditya Nugraha, perwakilan siswa, menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan tersebut dan menjelaskan pentingnya kunjungan ini untuk memperdalam pemahaman tentang MPR dan kenegaraan. "Kami memang sangat mengharapkan pemaparan atau pembekalan dari Ketua MPR kepada kami. Karena kami sangat yakin, pemaparan yang diberikan Ketua MPR akan menambah wawasan dan memberikan inspirasi kepada kami sebagai generasi penerus bangsa," ujar Aditya.
Acara tersebut dihadiri oleh beberapa anggota MPR RI, yaitu Danang Wicaksana, M. Endipat Wijaya, dan Moreno Soeprapto, serta Kepala Sekolah SMA Taruna Nusantara, Brigjen TNI Muhammad Imam Gogor, Wakil Kepala Sekolah Bidang Administrasi, Kolonel Laut Herry Aditama, dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Pendidikan, Bambang Edi Suparyanto.
Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa Pancasila terbukti menjadi fondasi yang kokoh bagi persatuan dan kesatuan Indonesia. Nilai-nilai luhur Pancasila harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda agar Indonesia tetap utuh dan mampu menghadapi tantangan masa depan.