Polda NTT Tangkap 3 Tersangka Kasus TPPO di Batam, Korban Alami Eksploitasi
Polda NTT berhasil menangkap tiga tersangka kasus perdagangan orang (TPPO) di Batam yang mengeksploitasi korban sebagai pekerja rumah tangga tanpa gaji; korban berhasil diselamatkan dan tersangka terancam hukuman 3-15 tahun penjara.

Tim Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Subdit IV Ditreskrimum Polda NTT berhasil mengungkap kasus perdagangan orang (TPPO) di Batam dengan menangkap tiga tersangka: JY, OAN, dan DW. Penangkapan ini bermula dari penyelamatan seorang korban, INWL (19), yang dieksploitasi sebagai pekerja rumah tangga tanpa digaji. Ketiga tersangka memiliki peran berbeda dalam jaringan TPPO ini, dan kini mereka telah ditahan di Mapolda NTT untuk proses hukum lebih lanjut.
Kasus ini terungkap setelah korban, INWL, berhasil menghubungi keluarganya setelah beberapa bulan mengalami eksploitasi di Batam. Korban awalnya direkrut melalui media sosial Facebook oleh OAN, yang menjanjikan pekerjaan rumah tangga dengan gaji menggiurkan. Setelah melalui proses wawancara daring dengan JY, korban kemudian dibawa ke Batam dan ditempatkan sebagai pekerja rumah tangga oleh JY dan DW, Direktur Utama PT. Jasa Bakti Agung.
Selama bekerja, INWL tidak menerima gaji dan mengalami perlakuan kasar, termasuk kerusakan gawainya oleh JY. Berkat koordinasi Polda NTT dengan BP3MI Kepri dan Subdit IV Renakta Polda Kepri, korban berhasil diselamatkan dan ditempatkan di rumah perlindungan P2TP2A Provinsi Kepri. Keberhasilan penyelamatan korban ini menjadi bukti keseriusan aparat penegak hukum dalam memberantas TPPO.
Tersangka dan Peran Mereka dalam Jaringan TPPO
OAN (27), seorang buruh harian lepas di Kupang, berperan sebagai perekrut korban. Ia menawarkan pekerjaan rumah tangga di Batam melalui Facebook dengan iming-iming gaji Rp2,6 juta hingga Rp2,8 juta per bulan. OAN diduga menjadi penghubung antara korban dan sindikat TPPO di Batam.
JY (51), berdomisili di Batam dan bertindak sebagai admin PT. Jasa Bakti Agung, berperan mengatur penyaluran tenaga kerja ilegal. Ia melakukan wawancara daring dengan korban sebelum korban dikirim ke Batam. JY juga diduga terlibat langsung dalam eksploitasi korban dengan perlakuan kasar dan tidak memberikan gaji.
DW (54), Direktur Utama PT. Jasa Bakti Agung, diduga turut terlibat dalam eksploitasi korban. Ia bersama JY menjemput korban di Batam dan menempatkannya sebagai pekerja rumah tangga tanpa memberikan gaji. Peran DW sebagai direktur utama perusahaan semakin memperkuat dugaan keterlibatannya dalam jaringan TPPO ini.
Proses Penangkapan dan Tindakan Hukum
Setelah diselamatkan, korban melaporkan kejadian yang dialaminya kepada pihak berwajib. Polda NTT kemudian berkoordinasi dengan pihak terkait di Batam untuk melakukan penyelidikan dan penangkapan terhadap para tersangka. Proses penangkapan berjalan lancar dan ketiga tersangka kini telah berada di Kupang.
Ketiga tersangka dijerat dengan Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Ancaman hukuman yang menanti mereka adalah minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun penjara. Kasus ini menjadi bukti komitmen Polda NTT dalam memberantas kejahatan TPPO dan melindungi korban eksploitasi.
Proses hukum terhadap ketiga tersangka akan terus berlanjut. Polda NTT berkomitmen untuk mengungkap seluruh jaringan TPPO yang terlibat dan memberikan hukuman setimpal kepada para pelaku. Kasus ini juga menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mencari pekerjaan melalui media sosial dan menghindari tawaran pekerjaan yang tidak masuk akal.
Korban, INWL, kini telah mendapatkan perlindungan dan pendampingan dari P2TP2A Provinsi Kepri. Pihak berwenang berharap kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap modus-modus penipuan dan eksploitasi tenaga kerja.
Kronologi singkat:
- November 2024: Korban mencari pekerjaan via Facebook dan dihubungi OAN.
- 21 November 2024: Korban bertemu OAN di Kupang, wawancara daring dengan JY.
- 22 November 2024: Korban tiba di Batam, dijemput JY dan DW.
- 5 Februari 2025: Korban menghubungi keluarga, diselamatkan.
- Saat ini: Tersangka ditahan di Mapolda NTT.