Pengungkapan Kasus Perdagangan Orang di Jakarta Utara: Dua Tersangka Ditangkap, Rp1 Miliar Raupan Enam Bulan
Polres Pelabuhan Tanjung Priok menangkap dua wanita yang menjalankan bisnis perdagangan orang di Jakarta Utara, meraup keuntungan hingga Rp1 miliar dalam enam bulan terakhir, dengan 30 korban yang dijanjikan pekerjaan namun dipaksa menjadi pekerja seks.

Jakarta, 18 Februari 2024 - Kepolisian Resort Pelabuhan Tanjung Priok berhasil mengungkap kasus perdagangan orang (TPPO) yang menghebohkan. Dua wanita, SM (56) dan TR (29), ditangkap di sebuah apartemen di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara, pada Selasa, 4 Februari 2024. Kedua tersangka telah menjalankan bisnis ilegal ini selama enam bulan dan berhasil mengumpulkan uang hingga hampir Rp1 miliar.
Modus Operandi dan Korban
Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok, AKBP Martuasah Tobing, menjelaskan bahwa SM berperan sebagai pelaku utama, sedangkan TR membantu menjalankan aksinya. Mereka menjanjikan pekerjaan halal kepada korban, namun kenyataannya memaksa mereka menjadi pekerja seks komersial (PSK).
Modus operandi yang digunakan cukup licik. Para korban diiming-imingi pekerjaan di Jakarta, namun kemudian dipaksa melayani pelanggan dengan modus pijat panggilan. Tersangka juga menyamarkan pekerjaan para korban sebagai karyawan warung makan, sembari mengambil keuntungan dari aktivitas seksual mereka. Dari pengakuan polisi, terdapat 16 korban yang berhasil diamankan saat penangkapan, dan setelah penyelidikan lebih lanjut, jumlah korban diperkirakan mencapai 30 orang.
Setiap korban dipaksa melayani pelanggan dengan bayaran Rp2 juta per pelanggan, sementara tersangka mendapatkan keuntungan Rp100.000 hingga Rp200.000 dari setiap transaksi. Hal ini menjelaskan bagaimana mereka bisa meraup keuntungan hingga hampir Rp1 miliar dalam waktu enam bulan.
Barang Bukti dan Tindakan Hukum
Dari tangan kedua tersangka, polisi berhasil mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain empat alat kontrasepsi, kartu ATM BCA, uang tunai Rp500.000, beberapa handphone, dan sekitar 10 unit alat komunikasi. Bukti-bukti ini semakin memperkuat tuduhan terhadap kedua tersangka.
Kedua pelaku dijerat dengan pasal yang cukup berat. Mereka dihadapkan pada pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, serta pasal 76 F junto pasal 83 dan/atau pasal 76 junto pasal 88 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukumannya cukup tinggi, yaitu pidana kurungan maksimal 15 tahun.
Dampak dan Kesimpulan
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan terhadap modus operandi perdagangan orang yang semakin beragam dan licik. Penipuan dengan kedok penawaran pekerjaan menjadi salah satu modus yang sering digunakan. Kepolisian mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati dan tidak mudah tergiur dengan tawaran pekerjaan yang tidak masuk akal. Semoga kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak dan menjadi peringatan agar kejahatan serupa tidak terulang kembali. Upaya pencegahan dan penegakan hukum yang tegas sangat diperlukan untuk melindungi masyarakat, terutama kaum perempuan, dari eksploitasi dan perdagangan orang.