Terkuak! 5.000 Ton Gula Petani di Situbondo Belum Laku Terjual, Petani Tebu Menanti Pembayaran
Ribuan ton gula petani di PG Assembagoes Situbondo belum laku terjual selama sebulan, menyebabkan petani tebu belum menerima pembayaran. Apa penyebab Gula Petani Belum Laku ini?

Sebanyak 5.000 ton gula pasir milik petani di wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, tercatat belum berhasil terjual ke pedagang. Penumpukan gula ini terjadi di gudang Pabrik Gula (PG) Assembagoes selama kurang lebih satu bulan terakhir.
Situasi ini menimbulkan dampak serius karena pembayaran kepada para petani tebu yang tebunya telah digiling di PG Assembagoes menjadi tertunda. Manajemen PG Assembagoes belum dapat memastikan penyebab pasti kondisi Gula Petani Belum Laku ini.
Akibat penumpukan gula yang signifikan, para petani tebu di Situbondo harus bersabar menanti hak pembayaran mereka. Kondisi ini mencerminkan tantangan besar dalam rantai pasok dan pemasaran komoditas gula di tingkat petani.
Penumpukan Gula dan Dampaknya bagi Petani Tebu
General Manajer PG Assembagoes Situbondo, Mulyono, menjelaskan bahwa gula pasir sebanyak 5.000 ton tersebut telah tersimpan di gudang pabrik selama lebih dari empat periode, atau sekitar satu bulan penuh. Setiap periode produksi gula di pabrik tersebut diperkirakan mencapai 1.200 ton.
Penumpukan ini secara langsung berdampak pada petani tebu yang menggiling hasil panennya di PG Assembagoes. Karena gula belum terjual, pihak pabrik belum dapat melakukan pembayaran kepada para petani. Salah seorang petani tebu dari Desa/Kecamatan Jangkar, Hasan, membenarkan bahwa banyak petani belum menerima pembayaran dari PG Assembagoes sejak beberapa pekan terakhir.
Penundaan pembayaran ini tentu saja sangat memberatkan petani, mengingat kebutuhan operasional dan kesejahteraan keluarga mereka bergantung pada hasil penjualan tebu. Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI).
Misteri di Balik Gula Petani Belum Laku
Mulyono mengakui bahwa pihaknya belum bisa menjelaskan secara pasti penyebab belum terjualnya gula petani dalam jumlah besar ini. Salah satu dugaan kuat adalah peredaran gula yang sudah banyak di pasaran, menyebabkan kelebihan pasokan. Dugaan lain mengarah pada penawaran harga gula petani yang berada di bawah Harga Acuan Pemerintah (HAP), yaitu Rp14.500 per kilogram.
Fenomena Gula Petani Belum Laku ini ternyata tidak hanya terjadi di PG Assembagoes Situbondo. Mulyono menyebutkan bahwa situasi serupa juga dialami oleh pabrik gula lain di berbagai daerah. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan yang lebih luas dalam tata niaga gula nasional.
Kondisi ini mendorong APTRI untuk berkoordinasi dengan kementerian terkait guna mencari solusi atas permasalahan penumpukan dan belum lakunya gula petani. Upaya ini diharapkan dapat menemukan jalan keluar agar gula petani dapat segera terserap pasar dengan harga yang layak.
Langkah Koordinasi dan Target Giling Tebu
Meskipun menghadapi tantangan pemasaran gula, PG Assembagoes Situbondo tetap memiliki target giling tebu yang ambisius pada tahun ini. Pabrik tersebut menargetkan giling tebu sebanyak 500.000 ton. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dari target giling tebu tahun sebelumnya yang sebesar 423.000 ton.
Peningkatan target giling ini menunjukkan optimisme terhadap potensi produksi tebu di Situbondo. Namun, keberhasilan target ini juga sangat bergantung pada kemampuan untuk mengatasi masalah pemasaran gula yang saat ini sedang terjadi. Koordinasi antara petani, pabrik gula, dan pemerintah menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas industri gula nasional.