Produksi Emas Indonesia Tembus 70 Ton per Tahun Berkat Smelter Gresik
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan produksi emas Indonesia mencapai 70 ton per tahun berkat beroperasinya smelter emas terbesar di dunia di Gresik, Jawa Timur.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, baru-baru ini mengumumkan capaian signifikan dalam produksi emas Indonesia. Produksi emas nasional kini mampu mencapai 70 ton per tahun. Hal ini ditandai dengan beroperasinya smelter emas milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur, sebuah fasilitas yang diresmikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto.
Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Bahlil usai peresmian smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik pada Senin, 17 Maret 2024. Beliau menjelaskan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja keras dan investasi besar yang dilakukan pemerintah dan perusahaan tambang. Smelter Gresik menjadi kunci peningkatan produksi emas nasional secara signifikan.
Keberhasilan ini menjawab keraguan panjang mengenai pengelolaan sumber daya alam Indonesia. Sebelumnya, Indonesia hanya mengekspor konsentrat tanpa mengetahui secara pasti kandungan emas dan logam berharga lainnya. "Dulu bangsa Indonesia selalu curiga sama Freeport karena yang dikirim konsentrat. Sebab, saat itu kami tidak pernah tahu turunan dari konsentrat itu ada emas, logam, dan macam-macam," ungkap Menteri Bahlil, menekankan pentingnya hilirisasi industri pertambangan.
Smelter Gresik: Tonggak Penting Hilirisasi Emas Indonesia
Smelter Freeport di Gresik, yang pembangunannya dimulai pada akhir 2021 dengan investasi mencapai 4,2 miliar dolar AS, merupakan smelter emas terbesar di dunia. Fasilitas ini mampu mengolah tiga juta konsentrat dari tambang di Papua, menghasilkan sekitar 50 hingga 60 ton emas per tahun. Investasi untuk fasilitas pemurnian emas sendiri mencapai Rp10 triliun atau setara 630 juta dolar AS.
Selain kontribusi PTFI, PT Amman Mineral International Tbk juga berperan penting. Konsentrat dari tambang PT AMI Tbk menghasilkan sekitar 18 hingga 20 ton emas per tahun. Gabungan produksi dari kedua perusahaan ini mencapai angka 60 hingga 70 ton emas per tahun, sebuah lompatan besar bagi industri pertambangan Indonesia.
Dengan beroperasinya smelter ini, Indonesia tidak hanya meningkatkan produksi emas, tetapi juga mampu mengelola sumber daya alamnya secara mandiri dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Hal ini sejalan dengan program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah.
Rencana Pengembangan Smelter dan Hilirisasi Industri
Pemerintah berencana mengembangkan smelter lain di beberapa tambang baru untuk mendukung hilirisasi industri tembaga. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk terus meningkatkan nilai tambah dari sektor pertambangan. Selain itu, pemerintah juga telah memberikan persetujuan perpanjangan izin ekspor tembaga kepada PT Freeport Indonesia.
Smelter Gresik menjadi contoh nyata keberhasilan hilirisasi industri pertambangan di Indonesia. Keberadaan smelter ini menandai langkah maju Indonesia dalam mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan dan bernilai tambah tinggi. Ke depan, diharapkan akan lebih banyak smelter dibangun untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia.
Keberhasilan ini juga menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap komitmen pemerintah dalam mengembangkan sektor pertambangan di Indonesia. Investasi besar yang dilakukan PTFI menunjukkan potensi keuntungan yang besar dari pengelolaan sumber daya alam Indonesia secara terintegrasi dan berkelanjutan.
Dengan adanya smelter ini, Indonesia semakin dekat menuju kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Ke depan, diharapkan akan ada lebih banyak inovasi dan pengembangan dalam sektor pertambangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.