Profesor ITS Ciptakan Biofuel Ramah Lingkungan dari Limbah Plastik dan Biomassa
Inovasi terbaru dari ITS: Profesor Hendro Juwono berhasil menciptakan biofuel dengan angka RON tinggi dari campuran limbah plastik dan biomassa, menawarkan solusi ramah lingkungan untuk masalah energi.

Surabaya, 7 Maret 2024 - Sebuah terobosan signifikan dalam bidang energi terbarukan telah dicapai oleh Profesor Dr. Hendro Juwono, MSi, Guru Besar ke-212 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Beliau berhasil mengembangkan biofuel, bahan bakar alternatif, dari campuran limbah plastik dan biomassa. Inovasi ini menjawab tantangan lingkungan dan energi sekaligus, menawarkan solusi yang ramah lingkungan dan efisien.
Penemuan ini berawal dari keprihatinan Profesor Hendro terhadap permasalahan limbah plastik yang sulit terurai di alam. Melihat kesamaan senyawa antara plastik dan bahan bakar fosil, beliau tergerak untuk meneliti potensi pemanfaatan limbah plastik sebagai sumber energi alternatif. Proses penelitian yang panjang dan penuh ketelitian ini akhirnya membuahkan hasil yang menggembirakan.
Penelitian yang dilakukan di Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ITS ini menggunakan metode pirolisis. Metode ini terbukti efektif dalam mengubah limbah plastik dan biomassa menjadi biofuel dengan kualitas tinggi. "Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan sekaligus energi," ungkap Prof. Hendro di Surabaya, Jawa Timur.
Biofuel Ramah Lingkungan dengan Angka RON Tinggi
Metode pirolisis yang digunakan oleh Prof. Hendro awalnya diterapkan pada plastik tertentu yang mudah terdegradasi. Hasilnya mengejutkan, biofuel yang dihasilkan memiliki angka Research Octane Number (RON) yang sangat tinggi, mencapai 98 hingga 102. Angka RON ini bahkan lebih tinggi daripada bahan bakar yang umum beredar di pasaran. Hal ini menunjukkan kualitas biofuel yang dihasilkan sangat menjanjikan.
Namun, proses pirolisis plastik murni membutuhkan suhu yang sangat tinggi, sekitar 400 derajat Celcius. Hal ini membutuhkan energi listrik yang besar dan tidak efisien. Untuk mengatasi kendala ini, Prof. Hendro melakukan inovasi dengan mencampurkan limbah plastik dengan berbagai jenis biomassa.
Berbagai jenis biomassa seperti minyak nyamplung, Crude Palm Oil (CPO), dan Waste Cooking Oil (WCO) dicampurkan dengan limbah plastik dalam proses pirolisis. Hasilnya, suhu pirolisis dapat diturunkan secara signifikan menjadi 300 derajat Celcius. Penurunan suhu ini berdampak pada penghematan energi dan biaya produksi biofuel.
Dengan penemuan ini, proses produksi biofuel menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan upaya global dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menekan dampak negatif terhadap lingkungan.
Dukungan terhadap SDGs
Penelitian Prof. Hendro ini juga memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Inovasi ini mendukung poin 7 tentang energi bersih dan terjangkau, serta poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Dengan memanfaatkan limbah plastik dan biomassa, penelitian ini berkontribusi pada pengurangan sampah dan polusi lingkungan.
Proses penelitian yang panjang dan penuh tantangan ini akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa. "Penelitian ini membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup panjang. Namun saya berharap hasilnya dapat berkontribusi dalam mengatasi permasalahan lingkungan dan energi," ujar Prof. Hendro. Semoga penemuan ini dapat segera diaplikasikan secara luas dan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian Indonesia.
Keberhasilan Prof. Hendro dalam menciptakan biofuel dari limbah plastik dan biomassa ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi teknologi dapat memberikan solusi bagi permasalahan lingkungan dan energi. Semoga penelitian ini dapat menginspirasi para peneliti lain untuk terus berinovasi dan menciptakan solusi-solusi yang berkelanjutan.