Pupuk Indonesia Bangun Pabrik Soda Ash: Dukung Swasembada & Hilirisasi
Pupuk Indonesia membangun pabrik soda ash pertama di Indonesia untuk mendukung program pemerintah seperti swasembada pangan, hilirisasi, dan transisi ekonomi hijau, ditargetkan beroperasi akhir 2027.
Pupuk Indonesia, melalui anak usahanya Pupuk Kaltim, memulai pembangunan pabrik soda ash pertama di Indonesia. Proyek ini merupakan langkah besar yang mendukung berbagai program pemerintah, termasuk swasembada pangan, pembangunan 3 juta rumah, hilirisasi industri, dan transisi ke ekonomi hijau. Pabrik ini diharapkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2027.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menyatakan bahwa pembangunan pabrik soda ash ini merupakan momen penting bagi kemajuan industri dalam negeri. Proyek ini, yang sempat tertunda sejak tahun 1995 akibat krisis ekonomi, kini berhasil diwujudkan. Dengan adanya pabrik ini, Indonesia mengurangi ketergantungan impor soda ash, bahan baku penting untuk berbagai industri seperti kaca, keramik, dan tekstil.
Pembangunan pabrik soda ash ini sangat tepat waktu, mengingat pemerintah menargetkan pembangunan 3 juta rumah per tahun. Kebutuhan material konstruksi, termasuk kaca dan keramik yang membutuhkan soda ash sebagai bahan baku, akan terpenuhi secara domestik. Selain itu, pabrik ini juga mendukung program swasembada pangan.
Proses produksi soda ash di Pupuk Kaltim memanfaatkan amonia dan karbondioksida (CO2) sebagai bahan baku dan menghasilkan amonium klorida sebagai produk sampingan. Amonium klorida merupakan sumber nitrogen untuk pupuk NPK, sehingga berkontribusi pada peningkatan produksi pupuk dalam negeri. Pabrik ini diperkirakan mampu menyerap hingga 170.000 ton CO2 per tahun, mendukung upaya transisi ke ekonomi yang lebih bersih.
Pabrik soda ash Pupuk Kaltim dibangun di lahan seluas 16 hektare di Kalimantan Timur, tepatnya di kawasan PT Kaltim Industrial Estate. Dengan kapasitas produksi 300.000 ton soda ash dan 300.000 ton amonium klorida per tahun, pabrik ini akan menjadi tulang punggung industri soda ash di Indonesia. Langkah serupa juga dilakukan oleh anak perusahaan Pupuk Indonesia lainnya, PT Petrokimia Gresik, yang juga akan membangun pabrik soda ash dengan kapasitas produksi yang sama.
Secara keseluruhan, pembangunan pabrik soda ash ini merupakan bukti nyata komitmen Pupuk Indonesia dalam mendukung program pemerintah. Proyek ini tidak hanya mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan produksi pupuk, pembangunan infrastruktur, dan transisi ke ekonomi hijau. Dengan beroperasinya pabrik ini, Indonesia diharapkan semakin mandiri di sektor industri dan pertanian.
Keberhasilan pembangunan pabrik soda ash ini juga menunjukkan bagaimana kerja sama antara BUMN dan pemerintah dapat menghasilkan dampak positif bagi perekonomian nasional. Ke depannya, diharapkan akan ada lebih banyak proyek serupa yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.