Pustral UGM Usul Perkerasan Jalan Ramah Lingkungan Hadapi Perubahan Iklim
Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM mengusulkan penggunaan perkerasan jalan ramah lingkungan untuk meningkatkan ketahanan infrastruktur dan mengurangi dampak negatif perubahan iklim di Indonesia.
![Pustral UGM Usul Perkerasan Jalan Ramah Lingkungan Hadapi Perubahan Iklim](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/01/150041.200-pustral-ugm-usul-perkerasan-jalan-ramah-lingkungan-hadapi-perubahan-iklim-1.jpg)
Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini mengusulkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan infrastruktur jalan di Indonesia: perkerasan jalan ramah lingkungan. Usulan ini dilontarkan sebagai respon terhadap dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem terhadap infrastruktur jalan raya di Indonesia.
Mengapa perkerasan jalan ramah lingkungan penting? Perubahan iklim, ditandai dengan kenaikan suhu dan curah hujan yang tak menentu, membuat jalanan lebih rentan rusak. Kepala Pustral UGM, Ikaputra, menekankan bahwa adaptasi terhadap perubahan iklim tak hanya butuh inovasi material, tapi juga kebijakan dan regulasi yang tepat. Ia menambahkan bahwa pendekatan ramah lingkungan ini menguntungkan dua sisi: memperkuat infrastruktur dan menjaga kelestarian lingkungan.
Bagaimana mewujudkan perkerasan jalan ramah lingkungan? Anggota Tim Ahli Pustral UGM, Latif Budi Suparma, menjelaskan beberapa inovasi kunci. Salah satunya adalah penggunaan material daur ulang untuk mengurangi limbah konstruksi. Teknologi 'permeable pavement' yang mampu menyerap air hujan juga diusulkan untuk mengurangi limpasan permukaan dan risiko banjir. Selain itu, teknologi Biogenic Asphalt yang memanfaatkan bahan alami untuk menekan emisi karbon, dan Warm Mix Asphalt (WMA) yang menggunakan suhu lebih rendah selama proses pencampuran aspal, juga dianggap efektif.
Manfaat dan Dampak Positif Penggunaan WMA, misalnya, memerlukan energi dan suhu lebih rendah, sehingga lebih hemat energi dan ramah lingkungan. Lebih jauh lagi, Latif menjelaskan bahwa infrastruktur ramah lingkungan dirancang untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, termasuk polusi udara, air, dan tanah, serta dampak sosialnya terhadap masyarakat. Ia juga menekankan bahwa infrastruktur yang lebih tahan lama dan aman akan berdampak positif terhadap keselamatan pengguna jalan.
Tantangan dan Kesimpulan Latif mengakui bahwa perubahan iklim meningkatkan suhu, yang dapat menurunkan kualitas perkerasan jalan. Perubahan curah hujan juga berpengaruh pada kualitas permukaan dan stabilitas jalan, terutama di daerah dengan tanah lempung atau air tanah tinggi. Namun, dengan menerapkan inovasi teknologi dan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat membangun infrastruktur jalan yang lebih tangguh dan berkelanjutan di masa mendatang. Kesimpulannya, usulan Pustral UGM ini menawarkan solusi komprehensif, mengarang solusi jangka panjang bagi tantangan infrastruktur di tengah perubahan iklim.