Royke Tumilaar Titip Pesan untuk BNI: Tantangan Likuiditas dan Strategi Peningkatan DPK
Usai lengser sebagai Dirut, Royke Tumilaar menyampaikan sejumlah tantangan yang dihadapi BNI, termasuk likuiditas ketat dan perlunya strategi peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Jakarta, 26 Maret 2024 - Royke Tumilaar, mantan Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), menyampaikan pesan penting kepada BNI usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang menandai berakhirnya masa jabatannya. Pergantian kepemimpinan ini menempatkan Putrama Wahju Setyawan sebagai Dirut baru, didampingi Alexandra Askandar sebagai Wakil Direktur Utama. Berbagai tantangan ekonomi makro global dan domestik menjadi sorotan utama dalam pesan yang disampaikan Royke.
Dalam keterangannya di Menara BNI, Jakarta, Royke mengungkapkan bahwa BNI masih menghadapi sejumlah pekerjaan rumah yang cukup berat. Salah satu tantangan terbesar adalah likuiditas ketat yang berdampak pada peningkatan cost of fund. Kondisi ekonomi global dan domestik yang penuh volatilitas dan ketidakpastian semakin memperumit situasi. Kebutuhan akan dolar AS juga meningkat tajam, terutama didorong oleh kebijakan hilirisasi yang semakin masif.
Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan juga menjadi perhatian serius. BNI, seperti bank-bank lain, perlu mencari strategi efektif untuk meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK). "Untuk meningkatkan DPK dengan cepat adalah belanja pemerintah. Uang berputar keluar dari pemerintah dan masuk ke masyarakat itu akan menjadi sumber DPK baru," jelas Royke. Hal ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam menstabilkan kondisi ekonomi dan mendorong pertumbuhan DPK perbankan.
Tantangan dan Strategi BNI Ke Depan
Royke menyoroti perlunya strategi yang lebih agresif dalam refinancing dolar AS untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang BNI. Upaya menekan cost of fund juga menjadi prioritas, mengingat hampir semua biaya pendanaan meningkat akibat likuiditas yang ketat. Meskipun demikian, Royke menambahkan bahwa secara fundamental, kinerja BNI tetap baik dan perkembangan terakhir menunjukkan tren positif.
RUPST BNI juga menyepakati perombakan jajaran direksi. Putrama Wahju Setyawan, sebelumnya Wakil Direktur Utama, menggantikan Royke sebagai Direktur Utama. Alexandra Askandar, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), ditunjuk sebagai Wakil Direktur Utama BNI yang baru. Pergantian kepemimpinan ini diharapkan membawa BNI menghadapi tantangan yang ada dengan strategi yang lebih segar dan inovatif.
Meskipun menghadapi tantangan, BNI tetap mencatatkan kinerja keuangan yang solid sepanjang tahun 2024. Laba bersih perusahaan mencapai Rp21,5 triliun, meningkat 2,87 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Rp20,9 triliun). Pertumbuhan ini didorong oleh keberhasilan transformasi digital yang meningkatkan tabungan sebesar 11 persen secara tahunan, dari Rp232 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp258 triliun pada tahun 2024.
Kondisi Makroekonomi dan Dampaknya pada Perbankan
Kondisi makroekonomi global dan domestik yang tidak menentu menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja perbankan, termasuk BNI. Volatilitas dan ketidakpastian yang tinggi membutuhkan strategi yang adaptif dan responsif dari manajemen BNI yang baru. Peningkatan cost of fund dan kebutuhan akan dolar AS yang tinggi merupakan tantangan nyata yang harus diatasi.
Strategi peningkatan DPK menjadi kunci keberhasilan BNI dalam menghadapi tantangan likuiditas. Peran pemerintah dalam mengelola belanja dan mengarahkan aliran dana ke masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan DPK perbankan. Selain itu, strategi refinancing yang agresif juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang BNI.
Secara keseluruhan, BNI memasuki babak baru kepemimpinan dengan tantangan dan peluang yang sama besarnya. Kinerja positif yang dicapai di tahun 2024 menjadi modal berharga dalam menghadapi tantangan di masa depan. Strategi yang tepat dan responsif terhadap perubahan kondisi makroekonomi akan menentukan keberhasilan BNI dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya.
Pergantian kepemimpinan di BNI diharapkan membawa angin segar dan inovasi dalam menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks. Dengan pengalaman dan keahlian dari jajaran direksi yang baru, BNI diharapkan mampu menghadapi tantangan dan mencapai target yang telah ditetapkan.