RUPST BNI 2025: Laporan Laba Rp21,5 Triliun, Dividen Naik, dan Pergantian Direksi?
RUPST BNI 2025 akan membahas laba bersih Rp21,5 triliun, rencana kenaikan dividen hingga 60 persen, buyback saham, dan potensi pergantian direksi, termasuk Direktur Utama Royke Tumilaar.

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) pada 26 Maret 2025 menjadi sorotan utama di industri keuangan Indonesia. RUPST ini membahas kinerja keuangan BNI tahun buku 2024, rencana penggunaan laba bersih, peningkatan rasio dividen, rencana pembelian kembali saham (buyback), dan perubahan susunan direksi. Perhelatan ini penting karena BNI berperan strategis dalam perekonomian Indonesia, khususnya dalam pembiayaan korporasi, UMKM, dan pengembangan layanan digital.
Pada tahun 2024, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp21,5 triliun, meningkat 2,87 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh transformasi digital, yang meningkatkan tabungan sebesar 11 persen (dari Rp232 triliun menjadi Rp258 triliun). Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menyebut pencapaian ini sebagai cerminan daya saing BNI dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik. BNI berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui berbagai program pemerintah, termasuk pengembangan infrastruktur dan pemberdayaan UMKM.
Transformasi digital BNI, ditandai dengan peluncuran aplikasi wondr by BNI (ritel) dan BNIdirect (bisnis dan korporasi), berkontribusi signifikan terhadap peningkatan dana murah (CASA) dan total Dana Pihak Ketiga (DPK). Total DPK BNI hingga akhir Desember 2024 mencapai Rp805,5 triliun, dengan pertumbuhan tabungan yang signifikan setelah peluncuran wondr by BNI. Wakil Direktur Utama BNI, Putrama Wahju Setyawan, menekankan dampak positif transformasi digital terhadap kinerja perusahaan.
Agenda Penting RUPST BNI 2025
Salah satu agenda utama RUPST adalah pembahasan peningkatan rasio dividen. Setelah memberikan rasio dividen 50 persen selama dua tahun berturut-turut, BNI berencana menaikkannya menjadi 55-60 persen. Jika disetujui, dividen per lembar saham diperkirakan mencapai Rp345,28, dengan total dividen Rp12,87 triliun. Meskipun demikian, BNI memastikan kebijakan dividen tetap mempertimbangkan aspek permodalan jangka panjang, dengan rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 21,4 persen pada akhir 2024.
BNI juga merencanakan pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimal Rp1,5 triliun (sekitar 10 persen dari total modal disetor). Langkah ini bertujuan menstabilkan harga saham dan menunjukkan optimisme perusahaan terhadap fundamental bisnisnya. Berbeda dengan beberapa bank lain yang menerapkan dividen interim, BNI masih mempertahankan kebijakan dividen tahunan, yang akan terus dievaluasi.
RUPST juga akan membahas remunerasi direksi dan dewan komisaris untuk tahun 2025-2027, serta penetapan kantor akuntan publik untuk audit laporan keuangan 2025. Hal penting lainnya adalah perubahan susunan pengurus. Masa jabatan Direktur Utama Royke Tumilaar akan berakhir, dan Putrama Wahju Setyawan disebut-sebut sebagai kandidat kuat penggantinya. Selain Royke, tiga direktur lainnya juga akan menyelesaikan masa jabatan mereka.
Pergantian Direksi: Era Baru BNI?
Pergantian direksi di BNI menjadi fokus perhatian. Putrama Wahju Setyawan, dengan pengalaman panjang di BNI dan jabatan terakhir sebagai Wakil Direktur Utama, memiliki peluang besar untuk memimpin BNI. Ia sebelumnya sempat berkarir di PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) pada 2020-2022 sebelum kembali ke BNI pada 2022. Selain Putrama, beberapa direksi lainnya juga akan digantikan, termasuk Novita Widya Anggraini, David Pirzada, dan Ronny Venir.
Keputusan terkait pergantian direksi dan agenda lainnya dalam RUPST 2025 akan sangat menentukan arah kebijakan BNI di masa mendatang. Hasil RUPST akan memberikan dampak signifikan terhadap strategi perusahaan dalam menghadapi tantangan dan peluang di industri perbankan, serta kontribusi BNI terhadap perekonomian nasional. Perubahan kepemimpinan dan strategi yang diputuskan akan membentuk masa depan BNI dan perannya di sektor perbankan Indonesia.
Kesimpulannya, RUPST BNI 2025 merupakan momen krusial bagi bank BUMN ini. Keputusan-keputusan yang diambil akan membentuk arah BNI ke depan dan berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia.