Saksi Mata Ungkap Detik-detik Mengerikan: Pesawat Marsma Fajar Oleng Sebelum Jatuh di Ciampea
Sebuah pesawat latih sipil jatuh di Ciampea, Bogor, menewaskan Marsma Fajar Adriyanto. Saksi mata mengungkap pesawat sudah oleng sebelum insiden nahas ini, memicu pertanyaan penyebabnya.

Sebuah insiden tragis menimpa dunia penerbangan olahraga dirgantara Indonesia pada Minggu, 3 Agustus, ketika sebuah pesawat latih sipil jatuh di wilayah Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kecelakaan ini merenggut nyawa Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto, seorang penerbang ulung dari TNI Angkatan Udara. Peristiwa nahas ini terjadi saat Marsma Fajar sedang menjalani misi latihan profisiensi penerbangan rutin.
Pesawat jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan nomor registrasi PK-S126 diketahui lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pada pukul 09.08 WIB. Namun, hanya berselang sekitar 11 menit, tepatnya pukul 09.19 WIB, pesawat tersebut kehilangan kontak dan kemudian ditemukan jatuh di sekitar kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Astana, Ciampea. Insiden ini mengejutkan banyak pihak, terutama mengingat rekam jejak Marsma Fajar sebagai penerbang tempur F-16 yang berpengalaman.
Seorang saksi mata di lokasi kejadian, Hidayat, petugas TPU Astana, memberikan kesaksian yang krusial mengenai detik-detik sebelum jatuhnya pesawat. Menurut Hidayat, pesawat sudah terlihat tidak stabil dan oleng sejak pertama kali terlihat di udara. Kesaksian ini menimbulkan dugaan awal mengenai adanya masalah teknis atau upaya pilot untuk mencari lokasi pendaratan darurat sebelum akhirnya pesawat menghantam tanah.
Detik-detik Pesawat Oleng Menurut Saksi Mata
Hidayat, petugas TPU Astana, menjadi salah satu saksi kunci yang melihat langsung kejadian jatuhnya pesawat latih tersebut. Ia menuturkan bahwa pesawat sudah menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan sejak terlihat dari kejauhan. "Pesawatnya dari Benteng sudah oleng, hampir jatuh," ungkap Hidayat menggambarkan kondisi pesawat yang tidak biasa.
Menurut Hidayat, pesawat tersebut sempat berputar-putar di udara seolah sedang mencari tempat untuk mendarat darurat. "Cuma dia muter ke sana, terus jatuh di sini juga. Sepertinya lagi cari lokasi buat turun," tambahnya. Kesaksian ini mengindikasikan bahwa pilot mungkin sedang berjuang untuk mengendalikan pesawat atau mencari area yang aman untuk pendaratan.
Hal lain yang ditekankan oleh Hidayat adalah tidak adanya suara ledakan saat pesawat menghantam tanah. "Enggak sempat meledak. Langsung nyusruk, langsung tewas memang. Dari sana juga udah oleng, kejadiannya di sini," jelasnya. Ketiadaan ledakan ini bisa menjadi petunjuk penting bagi tim investigasi dalam menentukan penyebab pasti kecelakaan pesawat jatuh di Ciampea ini.
Identitas Korban dan Penanganan Pasca-Insiden
TNI Angkatan Udara telah mengonfirmasi bahwa korban jiwa dalam insiden ini adalah Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto. Beliau adalah seorang penerbang tempur F-16 yang merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1992. Marsma Fajar tengah menjalankan misi latihan rutin dalam kapasitasnya sebagai pilot, menunjukkan dedikasi dan profesionalismenya dalam dunia penerbangan.
Selain Marsma Fajar, terdapat satu awak lainnya bernama Roni yang dilaporkan selamat dari kecelakaan ini. Roni segera mendapatkan penanganan medis setelah dievakuasi dari lokasi kejadian. Kondisinya stabil meskipun sempat mengalami luka, dan kini dalam pemulihan di rumah sakit.
Lokasi jatuhnya pesawat di Ciampea telah diamankan sepenuhnya oleh aparat gabungan dari TNI AU dan unsur terkait lainnya. Jenazah Marsma TNI Fajar Adriyanto sendiri telah disemayamkan di RSAU dr. M. Hassan Toto Lanud Atang Sendjaja untuk proses lebih lanjut. TNI AU menyatakan duka mendalam atas kepergian salah satu putra terbaiknya, dan menegaskan bahwa pengabdian Marsma Fajar akan selalu menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam menjaga kedaulatan udara Indonesia.