Sejarah & Tantangan Ahli Feng Shui Modern: Dari Kang Yi hingga Era Digital
Artikel ini mengupas sejarah profesi ahli feng shui, dari praktik tradisional 'kang yi' hingga tantangan adaptasi teknologi dan miskonsepsi modern, sekaligus membedakannya dengan astrologi.
Perayaan Tahun Baru Imlek 2025 menyoroti kembali minat masyarakat terhadap budaya Tionghoa, termasuk feng shui. Banyak yang mencari konsultasi ahli feng shui untuk keberuntungan dan kesuksesan, namun tahukah Anda bahwa kemampuan spiritual bukanlah syarat mutlak menjadi ahli feng shui?
Asal Usul dan Praktik Tradisional
Profesi ahli feng shui, yang awalnya disebut 'kang yi' (melihat daratan), berakar dari keinginan membantu sesama. Di masa lampau, orang yang memahami tata letak rumah yang menguntungkan dihormati di komunitasnya. Mereka mempelajari bagaimana energi alam semesta mempengaruhi kehidupan manusia, menata rumah agar membawa energi positif. Pakar feng shui Gunadi Widjaja menekankan bahwa kemampuan supranatural bukan keharusan, meskipun banyak kesalahpahaman tersebut.
Pakar Yulius Fang menambahkan bahwa feng shui, yang telah ada selama sekitar 6000 tahun, merupakan hasil riset dan penelitian leluhur Tiongkok. Bukti tertua aplikasi feng shui adalah pengaturan situs makam sekitar 4000 SM. Di masa lalu, ahli feng shui melakukan survei manual, berjalan kaki berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk menemukan lokasi ideal membangun kota atau istana. Peran mereka begitu penting hingga kaisar memiliki departemen feng shui yang dihuni cendekiawan terampil.
Ilmu Feng Shui: Lebih dari Sekadar Mistisisme
Departemen feng shui pada masa lalu sebanding dengan departemen tata kota, teknik sipil, dan arsitektur modern. Mereka menganalisis faktor lingkungan seperti struktur pegunungan, kontur tanah, badan air, dan aliran angin. Ilmu yang digunakan bersifat ilmiah, mencakup geografi, topografi, arsitektur, matematika, dan fisika. Bahkan astronomi, untuk mengamati pengaruh benda langit terhadap bumi dan kehidupan manusia, juga menjadi bagiannya.
Feng Shui vs. Astrologi: Perbedaan Penting
Meskipun melibatkan astronomi, feng shui berbeda dari astrologi dan zodiak. Gunadi menjelaskan bahwa feng shui berfokus pada penataan rumah untuk kesehatan, produktivitas, dan pencapaian tujuan hidup. Sementara itu, 12 shio berasal dari konstelasi dan planet, menggunakan planet Jupiter sebagai acuan, dengan satu siklus 12 tahun. Energi Jupiter diyakini mempengaruhi peruntungan masing-masing shio.
Tantangan Feng Shui di Era Modern
Praktisi feng shui menghadapi tantangan. Salah satunya adalah miskonsepsi yang mengaitkan feng shui dengan hal-hal gaib. Banyak yang skeptis, menganggapnya sebagai akal-akalan semata. Tantangan lain adalah ekspektasi klien akan hasil instan. Gunadi Widjaja menyoroti perlunya membetulkan kesalahan persepsi ini.
Yulius Fang juga menghadapi tantangan serupa: anggapan bahwa feng shui berkaitan dengan klenik atau hal-hal paranormal. Ia menekankan bahwa feng shui ilmiah dapat dipelajari di sekolah dan akademi, tanpa mengandalkan kekuatan supranatural. Kemajuan teknologi informasi juga membawa tantangan, dengan penyebaran informasi yang keliru dan mitos-mitos yang menyesatkan.
Adaptasi dan Inovasi di Tengah Tantangan
Ahli feng shui harus beradaptasi dengan arsitektur modern, yang seringkali berbeda dengan bangunan tradisional. Contohnya, penempatan toilet di dalam kamar tidur, yang membutuhkan penyesuaian analisis. Namun, teknologi juga memberikan solusi. Penggunaan teknologi canggih, seperti perangkat lunak pemroses data, drone untuk pemetaan, dan kompas magnetik yang akurat, meningkatkan keakuratan analisis dan riset.
Aplikasi feng shui dan astrologi juga menghemat waktu. Yulius menekankan bahwa feng shui sejati bersifat ilmiah dan terbukti bertahan selama ribuan tahun, bahkan berkembang hingga ke Barat dan Timur Tengah.