Serangan Israel di Gaza Pengaruhi Pelemahan Rupiah: Nilai Tukar Tembus Rp16.428 per Dolar AS
Serangan Israel di Gaza dan ancaman perang dagang global turut memengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai Rp16.428 per dolar AS.

Serangan Israel di Jalur Gaza berdampak signifikan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Pelemahan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan ketidakpastian ekonomi global. Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menjelaskan bahwa serangan tersebut menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Pada Selasa, 18 Maret 2023, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada angka Rp16.428 per dolar AS, melemah 22 poin atau 0,13 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Serangan udara dan pengeboman besar-besaran yang dilakukan Israel di Gaza, menewaskan sedikitnya 131 warga sipil Palestina dan melukai ratusan lainnya, turut meningkatkan kekhawatiran pasar global. Kegagalan pembicaraan gencatan senjata semakin memperparah situasi.
Situasi ini diperparah oleh ancaman perang dagang akibat kebijakan tarif timbal balik yang diterapkan Presiden AS Donald Trump terhadap beberapa negara. Ketidakpastian ekonomi global ini turut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, ketidakpastian ekonomi yang meningkat tetap menjadi perhatian utama.
Dampak Serangan Israel terhadap Pasar Mata Uang
Ibrahim Assuabi menekankan bahwa serangan Israel di Gaza telah menciptakan ketidakstabilan di pasar keuangan global. Ketegangan geopolitik yang meningkat seringkali menyebabkan investor mencari aset yang lebih aman, seperti dolar AS, yang mengakibatkan pelemahan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. "Israel melancarkan serangan terhadap target Hamas di Gaza, pembicaraan gencatan senjata gagal. Sejumlah laporan media mengatakan Israel telah melancarkan serangan terhadap target Hamas di seluruh Gaza setelah pembicaraan tentang gencatan senjata gagal," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis.
Pengeboman di Gaza yang menewaskan banyak warga sipil, termasuk wanita, anak-anak, dan lansia, telah mengecam kecaman internasional. Serangan ini juga mengancam nyawa korban yang terjebak di reruntuhan bangunan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik dan berdampak negatif terhadap sentimen pasar.
Kegagalan perundingan damai dan ketidakhadiran delegasi AS sebagai penengah semakin memperburuk keadaan. "Pembicaraan mengenai perjanjian damai yang lebih konkret telah memburuk di tengah ketidaksepakatan atas ketentuan gencatan senjata, sementara delegasi AS (Amerika Serikat) juga tidak dapat menjadi penengah perdamaian. Serangan hari Selasa menandai pembaruan ketegangan di Timur Tengah," tambah Ibrahim.
Ketidakpastian Ekonomi Global dan Peran The Fed
Selain konflik di Gaza, ancaman perang dagang juga memberikan kontribusi terhadap pelemahan rupiah. Kebijakan proteksionis yang diterapkan beberapa negara menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku pasar dan berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi global. Hal ini menyebabkan investor cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi di negara berkembang.
Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya, ketidakpastian ekonomi yang meningkat tetap menjadi perhatian. Bank sentral AS diperkirakan akan mengurangi pandangan agresifnya dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi global masih rawan dan berpotensi mempengaruhi nilai tukar mata uang di berbagai negara.
Meskipun Bank Indonesia menetapkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Rp16.432 per dolar AS, pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot menunjukkan pelemahan yang signifikan. Perbedaan ini menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup besar di pasar mata uang.
Secara keseluruhan, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian ekonomi global menjadi faktor utama yang perlu diwaspadai.