Siwaratri: Momentum Transformasi Diri bagi Umat Hindu
Dr. I Made Gami Sandi Untara menjelaskan Siwaratri sebagai momentum transformasi diri melalui puasa, meditasi, dan introspeksi, mengajarkan kedisiplinan dan kesadaran spiritual, relevan bagi kehidupan modern.
Akademisi STAHN Mpu Kuturan, Dr. I Made Gami Sandi Untara, mengungkapkan bahwa perayaan Siwaratri, hari suci umat Hindu, merupakan momentum tepat untuk melakukan transformasi diri. Pernyataan ini disampaikannya di Singaraja, Bali, Senin, 27 Januari 2024.
Transformasi Menuju Diri yang Lebih Baik
Menurut Dr. Gami Sandi, transformasi diri dalam konteks Siwaratri melibatkan tiga praktik utama: Monabrata (puasa bicara), Upawasa (puasa makan dan minum), dan Jagra (bertahan tanpa tidur). Upawasa, misalnya, melatih kita melepaskan ketergantungan pada hal-hal duniawi, sementara Jagran membangun daya tahan fisik dan mental.
Ketiga praktik ini, selain melatih fisik, juga mengasah tekad, kedisiplinan, dan komitmen spiritual. Secara fisiologis, praktik ini meningkatkan kesadaran diri, baik fisik maupun mental, yang menjadi fondasi transformasi. Proses introspeksi mendalam terhadap kesalahan masa lalu menjadi bagian penting dalam proses ini.
Introspeksi dan Pencerahan
Monabrata, dengan menekankan kesunyian dan pengurangan aktivitas berbicara, mendorong fokus pada pikiran batin. Hal ini memungkinkan seseorang untuk merenungkan perbuatannya dan merencanakan perbaikan diri. Dr. Gami Sandi mencontohkan kisah Lubdaka dalam Lontar Lubdaka, seorang pemburu yang bertobat dan mendapatkan pencerahan melalui niat tulusnya di malam Siwaratri.
Kisah ini menegaskan bahwa niat tulus dan introspeksi mendalam mampu mengubah hidup, seberapa besar pun kesalahan yang telah dilakukan. Siwaratri menjadi momen untuk mendekatkan diri pada Dewa Siwa, simbol penghancur kejahatan dan dosa.
Spiritualitas dan Keselarasan dengan Alam
Melalui Jagra, umat Hindu bermeditasi, membaca mantra, dan memusatkan pikiran pada kebesaran Siwa. Aktivitas ini tak hanya memperkuat hubungan dengan Tuhan, tetapi juga membuka kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Transformasi spiritual ini, menurut Dr. Gami Sandi, tidak hanya menghapus dosa, tetapi juga membangun kesadaran akan hukum kosmik (Rta).
Dengan menjalankan brata, seseorang belajar menghargai keteraturan alam dan menjalani kehidupan selaras dengan dharma. Dalam kesibukan zaman modern, Siwaratri menawarkan kesempatan untuk berhenti sejenak, merenung, dan memperbaiki diri. Praktik brata membantu menyelaraskan diri dengan tujuan spiritual.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Transformasi melalui Siwaratri relevan dalam pengembangan karakter dan pengendalian diri. Praktik ini mengajarkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan keikhlasan, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik spiritual maupun sosial. Siwaratri, pada intinya, adalah ajakan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.