Sopir Truk Geruduk Tower Pelindo, Protes Gate Pass, Biaya Masuk, dan Bongkar Muat
Ratusan sopir truk di Jakarta Utara melakukan aksi demonstrasi di depan Tower Pelindo dan NPCT1, menuntut penghapusan gate pass, penghapusan biaya masuk pelabuhan, dan mempercepat proses bongkar muat.
![Sopir Truk Geruduk Tower Pelindo, Protes Gate Pass, Biaya Masuk, dan Bongkar Muat](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191710.610-sopir-truk-geruduk-tower-pelindo-protes-gate-pass-biaya-masuk-dan-bongkar-muat-1.jpeg)
Aksi demonstrasi ratusan sopir truk mengguncang Jakarta Utara pada Selasa, 11 Februari. Mereka, yang tergabung dalam Keluarga Besar Sopir Indonesia (KB-SI), menggeruduk Tower Pelindo di Jalan Yos Sudarso dan sebelumnya berunjuk rasa di New Priok Container Terminal One (NPCT1). Aksi ini mengakibatkan kemacetan parah di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok dan Jalan Yos Sudarso karena para sopir memblokir jalan dan bahkan melemparkan botol minuman ke area Tower Pelindo.
Tuntutan Sopir Truk: Tiga Poin Utama
Aksi ini dilatarbelakangi oleh tiga tuntutan utama para sopir truk kepada pihak Pelindo. Pertama, mereka meminta penghapusan gerbang masuk (gate pass) di NPCT1. Ketua KB-SI, Nuratmo (45), menjelaskan, "Karena satu-satunya pelabuhan yang 'gate'-nya dua, cuma di NPCT. Ini 'gate' ini terlalu berdekatan dengan jalan raya, kantung parkir sedikit, sehingga menyebabkan kemacetan."
Selain letaknya yang dinilai kurang strategis dan memicu kemacetan, gerbang masuk di NPCT1 juga dinilai minim dan sering mengalami kerusakan, mengakibatkan penumpukan kontainer hingga ke jalan raya. Kondisi ini semakin memperparah kemacetan dan mengganggu aktivitas lalu lintas.
Kedua, para sopir menentang pemberlakuan biaya masuk pelabuhan yang dimulai sejak 1 Februari 2025. Nuratmo menyatakan, "Kedua, kita menolak pembayaran pintu masuk pelabuhan yang awalnya gratis. Itu Rp17 ribu dan rencananya pada April akan naik Rp20 ribu." Biaya ini dinilai memberatkan para sopir, terutama yang beroperasi setiap hari. "Kalau kita narik dalam sebulan 20 hari maka uang yang kita keluarkan buat itu aja udah Rp400 ribu," tambahnya.
Ketiga, sopir truk mengeluhkan lamanya proses bongkar muat di pelabuhan. Nuratmo mengungkapkan, "Ketiga, bongkar muat yang lama. Sekelas pelabuhan internasional, kita sering mengalami bongkar muat sampai puluhan jam." Mereka juga menyoroti minimnya fasilitas pendukung bagi para sopir yang harus menunggu berjam-jam, seperti minimnya toilet dan kantin di area pelabuhan.
Dampak Aksi dan Jalan Yos Sudarso yang Lumpuh
Aksi demonstrasi ini mengakibatkan Jalan Yos Sudarso lumpuh total. Kendaraan besar tertahan, sementara kendaraan kecil dialihkan melalui jalan alternatif. Kemacetan panjang terjadi di sekitar lokasi, mengganggu aktivitas perekonomian dan mobilitas warga. Pihak berwenang belum memberikan pernyataan resmi terkait tuntutan para sopir truk ini.
Mencari Solusi: Dialog dan Negosiasi
Permasalahan yang dihadapi para sopir truk ini menuntut solusi konkret dari pihak terkait. Diperlukan dialog dan negosiasi antara perwakilan sopir truk dengan pihak Pelindo untuk mencari titik temu dan menyelesaikan permasalahan ini. Kemacetan dan kerugian ekonomi akibat aksi ini harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak.
Pemerintah juga perlu turun tangan untuk memfasilitasi komunikasi dan mencari solusi yang adil bagi semua pihak. Perbaikan infrastruktur pelabuhan dan peningkatan efisiensi proses bongkar muat juga menjadi hal penting untuk dipertimbangkan. Semoga ke depannya, permasalahan ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat luas.
Aksi ini menjadi sorotan penting bagi pengelola pelabuhan untuk mengevaluasi sistem dan pelayanan yang diberikan kepada para sopir truk. Pentingnya komunikasi dan kerja sama antara semua pihak untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan efisien di pelabuhan sangatlah krusial.