Aksi Demo Sopir Truk di Pelindo: Tuntutan Penghapusan Gate Pass dan Biaya Masuk Pelabuhan
Ratusan sopir truk demo di Pelindo Jakarta Utara, menuntut penghapusan gate pass NPCT 1, penghapusan biaya masuk pelabuhan, dan perbaikan sistem bongkar muat yang dinilai memakan waktu lama.
![Aksi Demo Sopir Truk di Pelindo: Tuntutan Penghapusan Gate Pass dan Biaya Masuk Pelabuhan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191707.697-aksi-demo-sopir-truk-di-pelindo-tuntutan-penghapusan-gate-pass-dan-biaya-masuk-pelabuhan-1.jpeg)
Aksi demonstrasi ratusan sopir truk yang tergabung dalam Keluarga Besar Sopir Indonesia (KB-SI) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (11/2), menyoroti sejumlah permasalahan yang mereka hadapi. Aksi ini melibatkan penghentian paksa sebuah truk trailer di depan Tower Pelindo, disertai lemparan botol air mineral dan batu yang mengakibatkan kerusakan pada kendaraan tersebut. Kejadian ini terjadi setelah aksi serupa di pagi hari di depan New Priok Container Terminal One (NPCT1).
Tuntutan Utama Sopir Truk
Demo sopir truk ini didasari oleh tiga tuntutan utama kepada pihak Pelindo. Pertama, mereka menuntut penghapusan gerbang masuk atau gate pass di NPCT1. Ketua KB-SI, Nuratmo (45), menjelaskan bahwa letak gate pass yang terlalu dekat dengan jalan raya dan jumlahnya yang terbatas menyebabkan kemacetan parah. "Karena satu-satunya pelabuhan yang 'gate'-nya dua, cuma di NPCT. Ini 'gate' ini terlalu berdekatan dengan jalan raya, kantung parkir sedikit, sehingga menyebabkan kemacetan," ungkap Nuratmo.
Selain itu, kerusakan yang sering terjadi pada gerbang masuk NPCT1 semakin memperparah masalah, mengakibatkan penumpukan kontainer hingga ke jalan raya. Kondisi ini jelas mengganggu arus lalu lintas dan menimbulkan kerugian bagi para sopir truk.
Kedua, para sopir menolak pemberlakuan biaya masuk pelabuhan yang dimulai sejak 1 Februari 2025. Nuratmo menyebutkan, biaya tersebut sebesar Rp17.000 per masuk dan direncanakan naik menjadi Rp20.000 pada bulan April. "Kalau kita narik dalam sebulan 20 hari maka uang yang kita keluarkan buat itu aja udah Rp400 ribu," katanya. Biaya ini dianggap memberatkan para sopir truk, terutama mereka yang beroperasi setiap hari.
Ketiga, sopir truk mengeluhkan lamanya proses bongkar muat di pelabuhan. Mereka sering harus menunggu hingga puluhan jam, tanpa fasilitas memadai. "Sekelas pelabuhan internasional, kita sering mengalami bongkar muat sampai puluhan jam," ujar Nuratmo. Ia menambahkan, minimnya fasilitas seperti toilet dan kantin di area bongkar muat semakin memperburuk kondisi para sopir yang harus menunggu berjam-jam.
Dampak Aksi dan Harapan ke Depan
Aksi demonstrasi ini mengakibatkan gangguan sementara terhadap aktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok. Pihak kepolisian hadir untuk mengamankan situasi dan mencegah terjadinya eskalasi. Kerusakan pada truk trailer yang menjadi sasaran aksi juga menjadi catatan penting dalam insiden ini.
Para sopir truk berharap tuntutan mereka dapat segera direspons oleh pihak Pelindo. Mereka menginginkan solusi konkret untuk mengatasi permasalahan yang telah lama mereka hadapi, demi kelancaran operasional dan kesejahteraan para sopir truk di Pelabuhan Tanjung Priok. Kejelasan terkait tuntutan ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan efisien bagi seluruh stakeholder di pelabuhan.
Kesimpulan
Aksi demonstrasi sopir truk di Pelabuhan Tanjung Priok menyoroti permasalahan krusial yang membutuhkan perhatian serius dari pihak berwenang. Penghapusan gate pass, penghapusan biaya masuk pelabuhan, dan peningkatan efisiensi bongkar muat menjadi tuntutan utama yang perlu dikaji dan dicarikan solusinya demi terciptanya sistem kepelabuhanan yang lebih baik dan berkeadilan bagi semua pihak.