Sultan Aji Muhammad Idris: Pahlawan Nasional dari Kesultanan Kutai
Sejarawan mengungkap kepahlawanan Sultan Aji Muhammad Idris, Sultan Kutai pertama, yang berjuang melawan VOC dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2021.

Sejarawan Kalimantan Timur (Kaltim), Muhammad Sarip, dalam buku terbarunya, "Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik", mengungkap kisah heroik Sultan Aji Muhammad Idris, pemimpin pertama Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Ia memerintah setelah wafatnya ayahnya, Pangeran Anum Panji Mendapa Ing Martapura, pada tahun 1732. Perubahan gelar dari raja menjadi sultan menandai peralihan monarki Kutai yang semakin bernuansa religiusitas Islam, sebuah peristiwa penting yang terjadi saat ibu kota kerajaan berada di Jembayan.
Sultan Aji Muhammad Idris bukan hanya seorang pemimpin religius, tetapi juga seorang pejuang. Hubungan kekerabatannya yang erat dengan Kerajaan Paser dan Wajo, diperkuat pernikahannya dengan cucu Raja Paser, membuatnya terhubung dengan Arung Singkang, Raja Wajo (La Maddukelleng). Keterlibatannya dalam peperangan melawan VOC di Selat Makassar dan Pulau Sulawesi, khususnya membela tanah Wajo, menjadi bukti nyata keberanian dan kesetiaannya.
Sayangnya, kisah kepahlawanannya berakhir tragis. Sultan Aji Muhammad Idris gugur di medan perang di Wajo, akibat luka parah. Ada beberapa versi mengenai penyebab kematiannya; versi pertama menyebutkan serangan langsung dari serdadu VOC, sementara versi lain menyebutkan ia terperosok ke dalam lubang jebakan. Misteri di balik kematiannya, termasuk siapa dalang di balik lubang jebakan tersebut (apakah Aji Kidok, saudara Sultan Idris, atau kelompok lain yang menentang kehadirannya di Wajo), masih menjadi perdebatan hingga kini. Aji Bambang Imbran, kerabat Kesultanan Kutai dan pemerhati sejarah, bahkan menolak hikayat yang menyebut Aji Kidok sebagai dalang pembunuhan Sultan Idris, berpendapat bahwa Aji Kidok bertindak sebagai pemangku sultan karena Aji Imbut belum cukup dewasa.
Perjalanan Menuju Gelar Pahlawan Nasional
Usulan penganugerahan gelar pahlawan nasional untuk Sultan Aji Muhammad Idris telah diwacanakan sejak tahun 1999 oleh Pemerintah Provinsi Kaltim. Wacana ini semakin menguat setelah Sultan Wajo, La Maddukelleng, yang memiliki hubungan erat dengan Sultan Idris, dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Setelah melalui proses panjang dan penelitian mendalam, akhirnya pada tanggal 10 November 2021, Presiden Joko Widodo resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Aji Muhammad Idris.
Penganugerahan ini merupakan pengakuan atas jasa dan pengorbanan Sultan Aji Muhammad Idris bagi bangsa dan negara. Perjuangannya melawan penjajah VOC dan kontribusinya dalam memperkuat hubungan antar kerajaan di Nusantara menjadi bukti nyata kepemimpinannya yang luar biasa. Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kepahlawanan dan nasionalisme.
Gelar Pahlawan Nasional ini bukan hanya sebuah penghargaan, tetapi juga sebuah pengakuan sejarah atas peran penting Sultan Aji Muhammad Idris dalam sejarah Kesultanan Kutai dan Indonesia. Kisah perjuangan dan pengorbanannya akan selalu dikenang dan diabadikan dalam sejarah bangsa Indonesia.
Lebih dari sekadar gelar, penganugerahan ini juga menjadi momentum untuk lebih mengenali dan menghargai sejarah Kalimantan Timur, khususnya peran penting Kesultanan Kutai dalam perjalanan sejarah Indonesia. Semoga kisah Sultan Aji Muhammad Idris dapat menginspirasi generasi mendatang untuk selalu berjuang demi kemajuan bangsa dan negara.
- Sultan Aji Muhammad Idris memimpin Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura setelah wafatnya ayahnya pada tahun 1732.
- Ia memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Paser dan Wajo.
- Ia berjuang melawan VOC di Selat Makassar dan Pulau Sulawesi.
- Ia gugur di medan perang di Wajo.
- Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2021.
Kisah Sultan Aji Muhammad Idris mengingatkan kita akan pentingnya menghargai sejarah dan jasa para pahlawan dalam membangun bangsa. Semoga semangat kepahlawanannya tetap hidup di hati setiap generasi penerus bangsa Indonesia.