Terungkap! Kemenhub Dukung Bandara Dhoho Kediri Jadi Alternatif Penerbangan Umrah, Siap Tampung Pesawat Jumbo
Kementerian Perhubungan mendukung penuh Bandara Dhoho Kediri sebagai alternatif penerbangan umrah, membuka peluang baru bagi jemaah Jawa Timur dan mengurangi beban Bandara Juanda.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) menyatakan dukungannya terhadap optimalisasi operasional Bandara Dhoho Kediri. Dukungan ini bertujuan untuk menjadikan Bandara Dhoho sebagai alternatif layanan penerbangan umrah. Langkah strategis ini diharapkan dapat memperkuat konektivitas udara di Jawa Timur.
Inisiatif ini muncul dari audiensi antara Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Lukman F Laisa, dengan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak. Mereka membahas penguatan konektivitas penerbangan, khususnya potensi Bandara Dhoho. Bandara ini diproyeksikan menjadi simpul penerbangan baru untuk mengantisipasi pertumbuhan penumpang di masa depan.
Bandara Dhoho dirancang dengan spesifikasi modern, mampu melayani pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777-300ER dan Airbus A380. Kesiapan infrastruktur ini membuka peluang besar bagi Dhoho untuk menjadi bandara alternatif keberangkatan jemaah umrah. Selain itu, bandara ini juga akan berfungsi sebagai pusat konektivitas domestik di wilayah selatan Jawa Timur.
Optimalisasi Kapasitas dan Distribusi Beban Penerbangan
Ditjen Hubud menyambut baik inisiatif Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memaksimalkan potensi Bandara Dhoho. Langkah ini dianggap strategis dalam mendistribusikan beban operasional penerbangan yang saat ini terpusat di Bandara Juanda Surabaya. Bandara Juanda saat ini melayani sekitar 14 juta penumpang per tahun.
Meskipun kapasitas maksimal Bandara Juanda mencapai 21 juta penumpang, evaluasi menunjukkan peningkatan kapasitas hanya memungkinkan hingga 27 juta penumpang. Kondisi ini mendesak pencarian dan pembangunan simpul-simpul penerbangan baru. Bandara Dhoho diharapkan menjadi solusi untuk mengantisipasi pertumbuhan jumlah penumpang di masa mendatang.
Dengan adanya Bandara Dhoho, diharapkan beban Bandara Juanda dapat terbagi, sehingga layanan penerbangan di Jawa Timur menjadi lebih efisien. Optimalisasi ini juga sejalan dengan upaya pemerataan pembangunan infrastruktur transportasi udara di Indonesia. Kemenhub berkomitmen mendukung setiap upaya daerah yang sesuai regulasi.
Kesiapan Infrastruktur dan Standar Internasional Bandara Dhoho
Bandara Dhoho Kediri didesain untuk melayani pesawat berbadan lebar, menunjukkan kapasitasnya yang mumpuni. Fasilitas dan spesifikasi teknis bandara ini memenuhi standar internasional. Hal ini menjadi modal utama bagi Dhoho untuk berperan sebagai bandara alternatif bagi penerbangan umrah.
Kemenhub menilai bahwa dari sisi infrastruktur, Bandara Dhoho sangat memadai. Namun, sebelum beroperasi penuh untuk penerbangan umrah, seluruh aspek keselamatan (safety), keamanan (security), pelayanan (services), dan kepatuhan terhadap regulasi (compliance) harus dipastikan terpenuhi. Ini menjadi tanggung jawab regulator.
Dalam waktu dekat, Ditjen Hubud bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan operator bandara akan melakukan pengujian serta evaluasi bertahap. Tujuannya adalah memastikan kesiapan operasional Bandara Dhoho secara maksimal. Rencananya, Bandara Dhoho akan melayani penerbangan umrah 3-4 kali per bulan.
Integrasi Sistem Transportasi Udara Jawa Timur
Pengembangan konektivitas udara di Jawa Timur tidak hanya bergantung pada Bandara Juanda dan Bandara Dhoho. Bandara-bandara lain seperti Abdul Rachman Saleh (Malang), Blimbingsari (Banyuwangi), dan Trunojoyo (Sumenep) juga perlu dioptimalkan. Mereka merupakan bagian integral dari sistem penerbangan yang saling terintegrasi.
Peningkatan kapasitas dan fungsi bandara-bandara di Jawa Timur harus dilihat dalam konteks sistem transportasi udara nasional. Kemenhub memiliki komitmen kuat untuk mendukung setiap upaya daerah dalam memperluas aksesibilitas penerbangan. Dukungan ini selalu berada dalam koridor regulasi yang ketat.
Langkah ini merupakan bagian dari agenda nasional untuk pemerataan pembangunan transportasi udara serta layanan publik yang lebih inklusif. Dengan demikian, seluruh wilayah di Jawa Timur dapat merasakan manfaat dari peningkatan konektivitas udara.